2. HEART 2

1.6K 99 1
                                    

Ana berjalan dengan cepat, meninggalkan mereka. Untung saja pesanan mereka sudah ia bayar, sedangkan orang-orang itu mengejar Ana.

"ANA BERHENTI DULU! GUE MAU NGOMONG SAMA LO!"

Salah satu dari mereka berhasil menangkap tangan Ana. Ana berbalik, dan menghempaskan genggaman itu. Ia menatap Rey, abangnya dengan tatapan tajam.

"Maaf, kalian siapa?"  ucapan Ana membuat hati mereka bak tertusuk ribuan pisau.

"Bukannya lo udah meninggal?"  tanya Vancia, dapat di lihat cewek itu tengah mengandung. Terlihat dari perutnya yang membuncit.

Ana hanya diam, menatap wajah mereka satu persatu. Setelah 10 tahun mereka akhirnya dipertemukan kembali.

Hingga sebuah papan iklan menampilkan sebuah berita.

"Dua warga negara Indonesia disandera di Amerika. Keluarga keduanya diancam untuk membawakan uang sebesar 1 milyar dollar—"

Tepat saat itu telepon Ana berbunyi. "Siap letnan satu Ana disini!" ucapan Ana membuat mereka terkejut.

Ana mematikan sambungan telepon nya. Ia segara bergegas menuju mobilnya. "ANA!"  panggil mereka.

Namun Ana terlebih dahulu menjalankan mobilnya. Meninggalkan semuanya dengan penuh tanda tanya.

***

Rey menatap istrinya yang tengah mengandung, ia tersenyum tipis melihat Alya.

"Aku izin pergi dulu ya sayang," ucap Rey. Ia mengecup perut Alya.

Wanita itu mengangguk. "Dah"

Rey pergi ke rumah Alex berada. Pria itu memencet bel Alex dengan tidak sabaran. Hingga pintu terbuka menampilkan Alex.

"Ngapain?" tanya Alex malas.

"Ini soal Ana."

"Gue sibuk,"

"Tunggu! Sebentar aja," mohon Rey. Membuat Alex menghela nafas panjang, dan membuka kan pintu.

Kini keduanya tengah berada diruang tamu. Rey menatap Alex serius. "lo hari itu yang operasi Ana?"

"Ya," sahut Alex singkat.

"Lo udah ketemu sama dia? Ya, gue malsuin data nya. Itu permintaan Ana," ucap Alex yang paham maksud Rey menanyakan hal ini.

"Kenapa? Mau nyakitin lagi?" tanya Alex meledek. Rey hanya diam, ia tak lama bangkit dari duduknya.

"Thanks," ucap Rey. Lalu pergi dari sana.

***

Ana menghela nafas lega, saat tahu bahwa dua sandera itu selamat. Ia berpamitan untuk pergi, tugasnya sudah selesai hari ini. Ia menggenggam tangan Samuel dengan erat.

"Mamah kamu katanya sakit? Aku boleh jenguk? Kebetulan tadi aku udah beli buah tangan," ucap Ana. Samuel mengangguk-an kepalanya.

"Ayo!"

Kini keduanya sudah berada di rumah sakit. Ana selesai berbincang-bincang dengan ibu Samuel. Ia tersenyum lega, melihat perlakuan Ibu Samuel yang menerimanya.

HEART 2  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang