Samuel mengeratkan pelukannya ke Ana, kini keduanya tengah berada di kamar Ana. Dengan pintu kamar yang terbuka, di dalam kamar itu juga ada Rara dan Mora.
"Kalau mau nangis, nangis aja dong sayang. Gak enak kalau ditahan," ucap Samuel dengan nada lembut.
Namun Ana menggelengkan kepalanya, dan semakin mendusel-dusel di dada bidang Samuel.
Mencium aroma wangi yang menyeruak di tubuh Samuel. Menciptakan ketenangan yang ada bagi dirinya.
"Mau peluk Sam aja!" ucap Ana, membuat Samuel tersenyum.
Pria itu melihat kearah Rara dan Mora, keduanya tengah bermain. Membuat Samuel merasa tak enak hati.
"Aku pulang ya?" tanya Samuel, namun Ana mengeratkan pelukan mereka.
"Gak boleh! Nanti aja, lama lagi!!!" ucap Ana, dan tambah mengeratkan pelukannya.
"Nanti kan bisa lagi," ucap Samuel, dan sedetik kemudian. Ana melepaskan diri, kemudian membelakangi Samuel.
"Yaudah, sana!" ucap Ana ketus, membuat Samuel panik.
"Eh eh eh, iya deh iya! Gak jadi!!!"
"Sana pulang aja, capek kan kamu?"
"Enggak kok!"
Suasana tiba-tiba saja hening menyelimuti keduanya, hanya ada suara ketawa Rara dan Mora.
"Sayang, aku gak jadi pergi kok!" ucap Samuel dengan lembut, namun tak ada jawaban dari Ana.
Baru saja ingin berbicara, dering ponsel miliknya membuat ia diam. Samuel mengangkat panggilan tersebut.
Membuat Ana berbalik, menatap Samuel yang tengah menampilkan raut wajah serius.
"Iya siap, pak!" Samuel menutup panggilan tersebut, ia bangkit dari ranjang yang ia tiduri.
"Aku ada suatu pekerjaan, kamu dirumah ya!" ucap Samuel, kemudian mengecup kening Ana singkat.
"Kerjaan apa????? Kok aku gak tau? Gak dihubungi juga!" kata Ana, membuat Samuel terdiam.
"Gak tau kalau itu, yaudah aku pamit dulu ya sayang! Bye!!!"
***
Ana menatap ke arah jendela, diluar sana hujan. Dan Samuel belum mengabarinya sedari tadi, ia menatap ponselnya yang tak menunjukkan notifikasi dari Samuel.
Ia menghela nafas panjang, lalu turun kebawah. Sedari pulang dari pemakaman tadi, dirinya belum makan sama sekali.
"Eh, ada Ana! Sini An, turun! Makan belum makan dari tadi kan?" ucap Rina, kemudian menyuruh Ana untuk duduk dikursi makan.
Ana duduk, kemudian menatap kearah Rina yang tengah menyendokkan nasi dan lauk untuknya.
"Mamah benci gak sama Ayah?" Pertanyaan Ana membuat Rina memberhentikan kegiatan nya.
Ia menatap Ana, kemudian menghela nafas, dan tersenyum. "Ya gak dong sayang! Udah dilupain aja, inget yang baik-baik aja."
"Inget-inget, kalau dulu Ayah mu yang ngajarin bersepeda, dulu Ayah mu yang selalu manjain kamu. Inget-inget itu aja, jangan keburukannya ya?"
"Sekarang makan, jangan sedih-sedih terus! Kasian Ayah kamu dong, disana liat anaknya sedih."
Ana tersenyum, kemudian memakan makanannya. Sedangkan Rina menatap anaknya sendu, tangannya mengelus rambut pendek Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART 2 || END
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! --------------------------- #Heart series 2 Kisahnya belum berakhir..... Start : 15- 09-2021 End : 05 - 12 - 2021