8. HEART 2

1K 57 0
                                    

_Langit_

Ini semua salah gue dari awal, salah karena lebih mentingin Ina daripada Ana yang pacar gue sendiri saat itu.

Sekarang penyesalan yang ada. Gue liat Ana yang sangat bahagia saat sama cowo tentara itu.

Gue dipaksa berhenti oleh situasi, dan oleh sikap Ana disini. Ana yang dulu sudah hilang, dimana Ana yang dulu adalah pemaaf, lembut, dan selalu tersenyum. Kini Ana adalah sosok yang kasar, dingin, dan datar.

Sakit hati gue saat lihat dia ciuman sama cowo tentara itu. Bagai ada ribuan jarum nusuk kedalam hati gue.

Gue terduduk lesu diatas motor, niatnya ingin meminta maaf dengan Ana. Dengan cara mengikuti dia, malah mendapat tontonan yang membuat hati gue sakit.

Gue merutuki kebodohan gue, sedari dulu. Sepuluh tahun yang lalu. Tiba-tiba saja pandangan gue bertubrukan dengan manik mata Ana.

Gue sedikit tersentak, kemudian tersenyum tipis. Gue memakai helm, dan pergi. Tidak mau semakin tambah sakit hati.

"Maafin aku Ana, aku sayang kamu."

_Langit end_

***

Ana sedikit tersentak melihat Langit, ia menjadi berpikir bahwa Langit melihat ia berciuman dengan Samuel.

"Kamu kenapa? Hm?" tanya Samuel, kemudian pria itu mengusap pipi Ana.

Ana menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum tipis.

"Kamu gak pulang? Ini udah malam loh!" ucap Ana, namun Samuel tak menjawab. Pria itu menatap manik mata Ana, membuat gadis itu sedikit gugup.

"Kamu udah 28 tahun, aku 31 tahun. Sama-sama udah mateng dan siap." Ana mengerutkan keningnya bingung.

"M-maksudnya?"

"Mari menikah!"

***

Ana menggeret koper miliknya, dan memasukkannya ke bagasi belakang mobilnya. Seperti janjinya kemarin, ia akan menginap di rumah Rina.

Saat ingin memasuki mobil, pandangannya menangkap seseorang. "Aslan?"

Tepat saat itu, Aslan menoleh. Aslan juga tak kalah terkejut. Gadis yang ia cintai 10 tahun lalu kini tengah berdiri tak jauh darinya.

"Ana?"

"Papah, ayo jalan ih!" Ana sedikit terkejut dengan gadis sekitar berumur 5 tahun. Yang menyebut Aslan dengan sebutan 'Papah'

Aslan menggandeng tangan anak kecil itu, dan mendekat kearah Ana. "Bisa kita bicara sebentar???"

***

Kini keduanya tengah berada di sebuah kafe dekat dengan lokasi sekitar apartemen mereka.

"Apa kabar?" tanya Aslan, Ana membalasnya dengan senyuman. Suasana sangat canggung saat ini, "baik."

"Anak lo?" tanya Ana sembari melihat keanak kecil yang berada di sebelah Aslan. Gadis kecil itu tengah memakan es krim nya.

"Iya. Rania, kenalan dulu dong sama kakaknya!" ucap Aslan sembari mengelus rambut Rania.

"Hai kak, aku Rania!"

"Hai, aku Ana!" ucap Ana sembari tersenyum, gadis kecil bernama Rania itu kembali memakan es krimnya.

"Mana istri lo?" tanya Ana, membuat wajah Aslan berubah.

"Beliau udah meninggal 6 tahun yang lalu, setelah ngelahirin Rania. Kita nikah di jodohin An,"  terang Aslan membuat Ana menganggukkan kepalanya singkat.

"Yaudah, kalau gitu gue pamit ya! Mau ketemu mamah!"  ucap Ana, kemudian gadis itu berdiri.

Baru beberapa langkah ia berjalan, ucapan Aslan membuat ia memberhentikan langkahnya.

"Mau menikah dengan saya Ana? Saya cinta sama kamu sedari 10 tahun yang lalu! Saya tidak pernah mencintai Nia, istri saya."

Ana berbalik, lalu terkekeh kecil. "Gak cinta? Tapi kok punya anak?" ucapan Ana membuat Aslan terdiam.

Pandangan Ana beralih ke kalung salib yang menggantung di leher Aslan. "Kita beda agama!"

"Kalung salib yang ada di leher lo, gak akan nyatu sama tasbih gue."

Deg.

Aslan terdiam seribu bahasa, sedangkan Ana terkekeh. "Sampai kapanpun gak akan bisa nyatu Lan!"

Ana berbalik, berjalan beberapa langkah. Namun terhenti karena ucapan Aslan.

"Saya bisa pindah agama!"

Ana berbalik, bersidekap dada. "Tuhan aja lo berani ninggalin, apalagi gue yang cuman manusia biasa?"

Ucap Ana, kemudian melenggang pergi.

***

_Aslan_

Kini gue ada di pemakaman Kristen, menatap nisan granit yang berada di hadapan gue.

'Kristani Putri'

"Ani, kenapa kamu pergi?" tanya gue, gue terduduk disebelah makamnya.

"Andai gue dulu gak nyia-nyia-in lo! Kalau Ana nolak gue, seenggaknya masih ada lo! Tapi kenapa lo pergi duluan!"

"Gue tau gue brengsek, tapi gue mau perbaikin semuanya!"

"Tapi gue terlambat."

Mata gue mengeluarkan air mata. Ia mengusap nisan granit bertuliskan nama mendiang istrinya itu.

Dulu, saat gue mengetahui Ana di bawa pergi. Gue sangat frustasi, Jennie adik gue tidak memberitahukan kemana Ana di bawa.

Membuat ia tambah frustasi, beberapa bulan kemudian, ia dijodohkan dengan Ani. Gadis cantik berkulit putih, dengan rambut hitam pekat sepunggung.

Awal-awal gue menikah, gue sangat kasar. Bahkan tak jarang gue memukul dia. Hingga suatu saat gue pulang dengan keadaan mabuk.

Dan tanpa sadar gue meniduri Ani, gadis yang sedari awal gue benci dan tidak akan menidurinya.

Gue menyesal, menyesal, selain ia tidak mendapatkan Ana, ia juga ditinggal oleh Ani.

Kini semuanya tersisa penyesalan yang mendalam.

"Maafin aku."














***

TBC

DONE, SEKARANG AKU AKAN KEMBALI MENGHILANG.

Wkwkwkwk, canda guissss.

Jangan lupa untuk taburkan bintang-bintang manjahhhhh dan tinggalkan jejak di kolom komentar 🐾🤗❤️✨

HEART 2  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang