15. HEART 2

622 47 1
                                    

"Kamu harus ngasih nama anaknya sih!"  ucap Ana riang, kini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Sebelum itu mereka membeli somay gerobak yang berada di dekat rumah sakit.

Samuel hanya membalas dengan senyuman, ia melirik ke istrinya yang sangat senang.

"AAAAAA GAK SABAR!!! NANTI PENGEN GENDONG ANAK!!!" pekik Ana, membuat Samuel terkekeh geli.

"Cowo atau cewe ya?" tanya Samuel.

"Se-dikasih sama Allah lah Mas!!!"  ucap Ana, sembari menatap Samuel.

"Mas?"

"Ya dong, mau berubah panggilan!!! Biar keren, kece!"

"Suka-suka kamu by!"

***

Sudah 3 hari Samuel tak berani bilang, kalau ia akan pergi selama 8 bulan lamanya. Ia menatap istrinya yang sudah bersiap.

Kini keduanya akan melakukan dinner di restoran. Samuel yang mengajak sebenarnya, sekalian juga ia akan berbicara mengenai pemberangkatannya ke Entikong.

"Ayo mas! Kok bengong sih?!" ucap Ana sebal, membuat Samuel tersadar dari lamunannya.

Kemudian menjalankan mobilnya Samapi ke restoran. Memakan waktu 20 menit untuk kesana, kini mereka sudah sampai.

Aja memeluk lengan panjang Samuel, keduanya memasuki restoran beriringan. Beberapa pasang mata, melihat kearah mereka. Namun, mereka tidak peduli.

"Kamu udah pesen semuanya?!" tanya Ana dengan nada terkejut, Samuel membalasnya dengan senyuman. Kemudian mengelus rambut Ana yang mulai memanjang.

Mereka melakukan makan malam, dengan tenang. Sesekali Ana berceloteh, hingga saat Samuel menaruh sendok dan garpu ya ke meja. Kemudian menatap Ana dengan pandangan serius.

Membuat Ana yang tengah menyuap makanan, menatap bingung kearah suaminya itu.

Samuel membaca raut wajah Ana, yang tahu akan sesuatu. Dan ikut menaruh sendok dan garpunya.

"Berapa lama?" tanya Ana, kini gantian Samuel yang bingung.

"8 bulan, right? Kamu mau bicarain itu kan? Gak papa mas, aku kan ada Mamah, ada Bunda, ada Rara, Mora dan Stevi!" ucap Ana riang, dengan senyum lebar.

Mata Samuel seketika berkaca-kaca, mengapa istrinya bisa tahu? Ia berdiri, menghampiri Ana, kemudian memeluk wanitanya.

"Maaf, gak bisa nemenin kamu," ucap Samuel dengan suara bergetar.

Tangan kekar Samuel mengelus perut Ana, kemudian mengecup perut itu. "Jagain Mamah ya! Maaf, Papah gak bisa nemenin kalian."

***

Samuel menatap wajah damai istrinya yang tengah tertidur pulas. Mereka sudah sampai ke rumah 2 jam yang lalu, Ana langsung tertidur. Sedangkan Samuel menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke Entikong.

Setelah 1 jam lamanya, ia selesai memasukkan barangnya ke ransel besar. Ia menghampiri Ana, kemudian mengecup kening, mata, pipi dan terakhir bibir Ana.

"Maafin Mas, gak bisa nemenin kamu. Tapi mas janji, disana nanti Mas akan sesekali nyoba hubungin kamu."

Samuel merebahkan diri disebelah Ana, kemudian memeluk istrinya itu. "Good night, sayang."

***

Kini Ana dan Samuel tengah berada di bandara, Ana mengantarkan Samuel. Ia memeluk suaminya itu dengan erat.

"Jaga diri baik-baik, jaga mata, jaga hati!" ucap Ana, membuat Samuel terkekeh.

Samuel menatap wajah Ana, kemudian mengecup sebentar bibir istrinya itu. Ia melirik kearah Stevi, Jennie dan Airin.

"Dah yaaa!!! Aku pergi dulu, kamu nginep di rumah Mamah atau Bunda ya! Nanti kalau mau apa-apa minta Stevi aja!" ucap Samuel, yang diangguki oleh Ana.

Pria itu berjongkok, kemudian mengecup perut Ana. "Papah pergi dulu ya! Jangan nakal-nakal didalem!" ucap Samuel, membuat Ana terkekeh.

"Ciap Papah!" ucap Ana dengan nada anak kecil.

Setelah itu Samuel pergi, meninggalkan Ana. Terakhir, keduanya melambaikan tangan dengan senyum yang lebar.

"Dasar Bucin!"   ucap Jennie membuat Ana menoleh.

"Kualat ngatain ibu hamil!"

Keempatnya tertawa, Ana melihat kearah Stevi kemudian menyunggingkan senyum tipis.

"Gue mau batagor somay!" ucap Ana riang, membuat Airin memutar bola matanya malas.

"Jangan aneh-aneh!"

"Yaudah kalau gak mau di traktir, ayo Jen, Stev!"

"EH MAU!!!'

***

Ana menatap langit-langit kamarnya, kini ia berada dirumah Rina. Rina saat mengetahui Ana tengah mengandung pun, menjadi lebih perhatian.

"Ana, sayang. Makan yuk!" ucap Rina dengan senyum lebar.

Ana kemudian menghampiri Mamahnya, dan turun kebawah. Ia memakan makan malam bersama ketiga adiknya, dan juga Rina.

Adan sedang pergi juga ke Entikong selama 8 bulan lamanya. Ana melirik kearah Stevi, yang juga melirik kearahnya.

"Lo, gak ada pacar gitu? Gak bosen nge-jomblo terus?" tanya Ana, membuat Rina tersenyum.

"Ya, tuh bener! Gak ada pacar kamu Stev? Kakak mu aja sudah mau punya anak! Ina juga tuh, haduh Mamah pusing sama itu anak."

"Anaknya Rey udah lahir bukannya?" tanya Ana, yang diangguki Rina.

"Udah nengokin?"

"Udah."

"Stevi, belum punya pacar." Ana dan Rina sontak melihat kearah Stevi.

"Serius Stev? Aduh, anak mamah paling cantik ini!"

"Lo gak punya pacar? Atau emang gak laku?"














***

TBC

Sorry ya guisss, kalau misalnya part ini pendek☺️🙏

Happy end or sad end?

Jangan lupa untuk taburkan bintang-bintang manjahhhhh dan tinggalkan jejak di kolom komentar 🥰❤️✨

HEART 2  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang