Chapter 41: It's The End

126 17 2
                                    

"Bicara perlahan dengan ayahmu hari ini, semoga kau bisa mendapatkan solusi hari ini," ucap Jihoon merapihkan rambut Soonyoung. Melipat kerah baju Soonyoung agar rapih.

"Kau tidak keberatan aku tinggalkan?"

"Hari ini aku kerja, Soonyoung. Aku tidak bersantai di rumah," ucap Jihoon.

"Aku mau kau yang temani aku," Dengan mata yang memelas, Soonyoung membujuk Jihoon. Dia takut untuk menghadapi sang ayah sendirian. Takutnya nanti ia malah memperpanjang dan...semakin dalam.

"Dan meninggalkan semua pekerjaanku? No! Aku percaya. Perasaanku tahu kalau kau akan berhasil hari ini,"

Perasaan Jihoon itu peka. Soonyoung sendiri heran akan hal itu. Tapi ia percaya.

"Jangan terlalu memaksakan," ucap Jihoon. Wanita itu kemudian mengambil tasnya dan berjalan keluar rumah setelah mengucapkan salam pada suaminya.

Soonyoung menunggu dengan sabar. Ibunya akan menemaninya, membawa ayahnya untuk berbicara dengannya.

Pintu diketuk pelan. Menyadari kedua orangtuanya sudah datang Soonyoung membuka pintu. Entah kemana rasa aman tadi. Melihat ayahnya membuat darahnya menggelak penuh amarah. Kenangan-kenangan yang menyakitkan itu kembali menggores hatinya.

Soonyoung menetralkan kembali nafasnya. Tidak ada Jihoon di sisinya. Dia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Tanpa memasang senyuman, Soonyoung mempersilahkan kedua orangtuanya masuk.

Tercetak jelas bahwa sang ibu khawatir. Tapi Soonyoung tidak bisa apa-apa.

"Kau mau memulai?" Tanya sang ayah lembut. Bagaimanapun juga, luka masa lalu itu terlalu dalam. Tidak bisa hilang begitu saja. Ditambah dia adalah anak laki-laki. Tidak bisa begitu saja mengabaikan hal seperti ini.

Tapi, jauh di dalam hatinya, ia masih menyayangi sosok ayahnya. Ayahnya yang pernah menolongnya ketika harus menyelesaikan kasus Woozi dulu walaupun saat itu sudah bercerai dengan ibunya. Tapi itu tidak cukup, kemungkinan besar terpaksa dan langsung membayar saja karena tidak ingin berlama-lama.

Tidak kunjung mendapatkan jawaban, Younghyun mengeluarkan sebuah tas kecil. Tas itu diberikan kepada Soonyoung yang masih diam menunduk menyembunyikan semua dendamnya.

Tas berwarna oranye itu sampai di pangkuan Soonyoung. Masih sangat bagus, masih seperti baru. Tas itu... buatan tangannya sendiri.

Bahu Soonyoung mulai bergetar. Mengingat masa di mana tas bermotif macan itu ia berikan kepada ayahnya. Mengapa ia lupa hal ini? Kenapa hanya ini yang bisa meluluhkan hatinya?

Tas kecil ini, bukti nyata bahwa ayahnya masih sayang padanya.

"Tadinya...ayah ingin membuangnya. Karena itu mengingatkan akan dirimu dan juga ibu," ucap Younghyun pelan.

"Tapi, ayah tidak bisa. Penyesalan setelah mengetahui belang dari Suzy membuat ayah sadar. Sadar bahwa telah men inggalkan sesuatu yang seharusnya tidak pernah ditinggalkan. Cinta kalian,"

Soonyoung tak tahan. Tubuhnya bergerak cepat menerjang sang ayah. Tidak, bukan dalam artian negatif. Soonyoung memeluk ayahnya. Seakan tidak ingin ditinggalkan sedetik saja.

"Aku bodoh! Aku tidak sadar! Maafkan aku...ayah,"

Younghyun sempat blank saat tahu sang putra memeluknya dengan erat. Semakin blank ketika mendengar panggilan yang selama ini sangat ia ingin dengarkan. Dirinya juga bodoh. Tidak tahu cara memulai dengan benar. Mungkinkah sikapnya yang tidak benar selama ini membuat putranya ragu untuk kembali mempercayainya? Perlahan Younghyun membalas pelukkan sang putra. Pelukkan yang selama ini sangat ia rindukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang