Chapter 7: For Real

133 25 19
                                    

"Aku tahu, kau takut tadi. Itulah mengapa aku membawamu. Aku juga sempat terkejut dengan kehadirannya tadi..," Soonyoung masih mengekor, tidak puas dengan jawaban Jihoon tadi.

"Soonyoung. Jangan buat aku berharap, komohon jauhi aku lagi. Kau tahu? Bagaimana jika DK memberitahukan teman-temannya bahwa kau menyelamatkanku seperti tadi? Jika kau juga tertindas bagaimana? Aku mohon, jangan pedulikan aku. Aku hanya ingin hidup tenang, seperti lima tahun ini. Aku menjalaninya dengan baik, komohon Soonyoung," nyaris terisak. Jihoon hanya ingin hidupnya tenang bersama teman-temannya. 

Berharap? Soonyoung tidak salah dengar kan? Ada ruang dalam hati Jihoon untuknya. "Aku tidak peduli, Karena aku menginginkanmu. Dia bukan siapa-siapa yang bisa membuatmu takut," Soonyoung menggenggam tangan dingin Jihoon.

"Lepas Soonyoung. Aku ditunggu oleh teman-temanku,"

"Mereka menitipkanmu padaku, Ji," Jihoon terdiam. Soonyoung mengenal teman-temannya? Bagaimana?

"Aku tadi juga baru ingin pulang. Dan aku sempat mengobrol sebentar dengan Chan ketika pulang dari studio. Chan menyapaku di tempat parkir dan aku sempat mengobrol sebentar dengan teman-temanmu yang lain. Mereka pikir kau sedang berbicara dengan teman lama melihatmu dan DK, jadi mereka memutuskan untuk pulang lebih dulu, menitipkanmu padaku. Sebelum aku sempat menjelaskan tentang DK mereka sudah pergi," Jelas Soonyoung.

"Lepaskan, Soon," Jihoon sedikit mendorong tubuh Soonyoung.

Soonyoung merasa senang dengan panggilan Jihoon. Sejak di studio tadi Jihoon masih memanggilnya dengan akhiran 'ssi' tapi kini gadis itu mau memanggil nama kecilnya.

Ternyata Jihoon menelepon. "Seungkwan! Kenapa kalian meninggalkanku??"

"..."

"Ah. Itu, bukan! Wanita tadi sama sekali bukan temanku, dia...,"

"..."

"Kwan, kau ini. Yah sudah," Jihoon memutuskan  panggilan teleponya. Gadis itu terlihat kesal.

"Maafkan aku, Ji," Ucap Soonyoung.

"Tidak perlu, Tanpamu tadi mungkin aku sudah dipermalukan. Jadi, terima kasih," ucap Jihoon. Kali ini terdengar lebih tulus.

"Aku akan mengantarmu pulang,"

"Memangnya kau tahu di mana aku tinggal?"

"Maafkan aku soal itu. Aku masih mengikutimu, jadi aku tahu di mana rumahmu,"

"Setidaknya kau jujur," 

Jihoon menurut ketika dituntun Soonyoung memasuki mobil hitam, lelaki itu bilang bahwa mobil ini hanyalah sewaan. Sepanjang perjalanan Soonyoung memikirkan turnamenya minggu depan di Busan, setelah itu ia akan berthenti menjadi atlet. Ia ingin bisa selalu bersama Jihoon, selagi ia tahu lokasi perempuan itu berada.

"Di mana kau tinggal, Soonyoung? Bukannya selama ini kau tidak di sekitar sini?" Tanya Jihoon penasaran.

"Aku di penginapan dekat sungai Seokchon, hanya sebentar, setelah itu aku harus pergi ke busan untuk turnamen estafet. Kau mau ikut?"

Jihoon menggeleng, pertama ia sibuk, kedua ia tidak begitu tertarik dengan acara olahraga.

Soonyoung tersenyum lembut, ia tahu sebenarnya Jihoon tidak suka, hanya mengajak sebagai bahan basa-basi. Percakapan terputus sejak saat itu, tapi Soonyoung senang karena Jihoon percaya padanya, buktinya gadis itu mau dibawanya.

"Terima kasih," ucap Jihoon lalu membuka pintu keluar, namun Soonyoung menahannya.

"Aku juga, terima kasih karena sudah mencoba untuk mempercayaiku," Jihoon diam saja. Membiarkan Soonyoung tersenyum padanya.

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang