Chapter 31: A New Hope

76 17 8
                                    

"Maafkan aku, Soonyoung," Menggeleng pelan lalu menarik Jihoon dalam pelukkannya.

"Tidak perlu minta maaf. Bukan salahmu sama sekali, tapi kedua orangtuamu. Mereka meninggal dengan cara seperti itu, tentu tidak bisa tenang kecuali putri mereka ini tenang,"

"Jika aku tidak datang, mungkin ibumu tidak akan terus menyalahkan diri sendiri seperti ini," ucap Jihoon penuh sesal.

"Jihoon, akulah yang memaksamu untuk datang di sini kan?" Soonyoung menatap Jihoon lembut. Sejak sang ibu menangis tadi, Jihoon menjadi ikut menyalahkan dirinya.

"Sudah yah, jangan nangis terus. Bisa-bisa Chan, Wonwoo dan Seungkwan membunuhku kalau memulangkanmu dalam keadaan mata bengkak. Mereka akan mendatangi rumahmu dan memakiku mati-matian,"

Perkataan Soonyoung membuat Jihoon teringat kejadian dimana Minghao dan Jun yang pulang dari cina. Thank god, Jihoon terkekeh. 

Soonyoung menjadi sedikit merasa lega. Perkataanya tadi itu tidak main-main. Ia benar-benar takut, mengingat Jun yang langsung dikeroyok saat memulangkan Minghao dalam keadaan mata bengkak.

🕊️🕊️🕊️

"Ibu, kami pergi dulu. Kami janji akan sering datang berkunjung," ucap Soonyoung. Lelaki itu mencium kening sang ibu dan memeluknya haru.

Jihoon meraih tangan ibu Soonyoung, mencium punggung tangannya dan juga memeluknya.

"Ibu tidak perlu terus menerus merasa bersalah, karena sejak awal ini bukanlah salah ibu. Terima kasih karena sudah pernah berteman dengan appa. Aku benar-benar bersyukur atas semua yang sudah aku lalui. Terima kasih," ucap Jihoon sambil masih memeluk ibu Soonyoung.

"Kamu anak yang kuat, sayang. Hati-hati di jalan," ucap ibu Soonyoung lembut.

Soonyoung menggandeng tangan Jihoon sambil melambai kepada sang ibu.

"Kau membawa dampak positif pada semua orang, Jihoon," puji Soonyoung. Lelaki itu memasangkan seatbelt untuk Jihoon.

"Aku tidak sehebat yang kau lihat, Soon. Aku hanya gadis lemah yang tidak punya apapun. Mengeluarkan semua yang ada di kepalaku yang aku yakini bisa menguatkan seseorang. Tidak lebih dari itu,"

"Tapi justru hal sederhana itu yang menjadi daya tarikmu. Kau pikir," ucap Soonyoung.

"Terima kasih sudah memperhatikanku se dalam itu tuan Kwon. Tapi sekarang kita perlu pulang. Aku harus mulai rekaman lagi besok,"

🕊️🕊️🕊️

Kebahagiaan menjadi bagian dari keluarga baru Jihoon kelak. Itu harapan Seungkwan, Chan dan Wonwoo. Terlebih Jeonghan yang tahu tentang segalanya, semuanya sejak pada awalnya.

Terlepas dari itu semua, Seungcheol bahkan lebih membuat Joshua yang sibuk dibanding Jihoon. Membiarkan Jihoon untuk menikmati waktunya bersama cinta pertamanya.

Joshua lebih banyak mengambil rekaman Jihoon, lagi pula pria itu tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Ada kabar bahwa sebentar lagi, Jihoon dan Soonyoung akan tunangan terlebih dahulu. Karena mengingat masih banyak keperluan dan kesiapan mereka yang lain. Tentu Jihoon tidak pernah memparmasalahkan semua keinginan Soonyoung. Begitupun sebaliknya. Saling menengerti, itu sudah mereka bangun sejak memulai hubungan itu.

Semua kerabat, semua teman dan sahabat. Mereka membantu yang terbaik.

Tapi...

Tidak semua berjalan lancar. Tidak semua harus sesuai harapan mereka. Karena kini, ibu Soonyoung sakit. Soonyoung mengambil banyak libur karenanya. Pihak agensi tempatnya bekerja tidak begitu memepermasalahkannya, itu semua karena bujukan Mingyu.

Setiap seminggu sekali, Jihoon datang menjenguk, menemani bercerita, menggantikan Soonyoung mengurus ibunya. Bagi Jihoon, ibu Soonyoung sama seperti ibunya sendiri. Ibu Soonyoung mengenal keluarganya, tahu latar belakangnya. Maka dari itu, Jihoon mempertahankannya.

"Jihoon, istirahatlah sekarang," ucap Soonyoung lembut. Kekasihnya itu sedang duduk di pinggir ranjang dengan tatapan khawatir kepada ibu Soonyoung yang kini sedang terlelap.

Jihoon terlihat semakin kurus, matanya seperti panda dan memerah karena kelelahan. Gadis itu tidak peduli, yang terpenting adalah kesembuhan ibu Soonyoung. Sudah tiga bulan lamanya seperti ini.

"Aku tidak bisa, Soon. Aku takut," ucap Jihoon khawatir.

Soonyoung memeluk Jihoon, mengecup puncak kepala Jihoon dengan lembut. "Biarkan aku yang menjaga ibu. Kau juga perlu istirahat,"

Jihoon mau protes, tapi tubuhnya yang sudah tidak punya tenaga apa-apa itu sudah digendong oleh Soonyoung.

"Beristirahatlah, sayang. Ibu akan semakin khawatir jika tahu kau seperti ini," ucap Soonyoung. Lelaki itu menurunkan Jihoon di ranjang dan ikut berbaring sambil memeluk gadis itu.

Jihoon memang sangat lelah, sejak tadi dirinya menahan keinginan untuk berbaring. Karena ia tahu, jika hal itu terjadi, dia akan langsung tertidur dan nanti akan melalaikan tugasnya menjaga orang sakit.

Benar saja, Jihoon langsung terlelap ketika kepalanya bertemu bantal. Gadis itu benar-benar memfosfir dirinya hanya demi kesembuhan ibu.

"Semoga mimpi indah," ucap Soonyoung lalu ikut terlelap.

🕊️🕊️🕊️

Penyakit orangtua. Memang tidak pernah diketahui penyebab ataupun kapan datangnya. Semua secara tiba-tiba.

Takut terlambat, maka Soonyoung dan Jihoon kini sudah bertunangan. Membuat ibu merasa senang dapat sedikit menolong. Hati yang gembira itu bisa mejadi obat juga. Maka dari itu juga, keduanya sudah berusaha membuat ibu terus tersenyum, sebisa mungkin senyuman itu berdasarkan ketulusan, bukan paksaan.

"Ibu, aku datang," ucap Jihoon ketika memasuki kamar ibu Soonyoung.

"Jihoon, sayang. Ayo sini. Ibu merindukanmu," ucap Ibu dengan senyuman berseri dan tangan terulur karena senang dengan kehadirannya.

Jihoon memeluk ibu Soonyoung dengan sayang. Pertama kalinya dalam hidupnya, ia memiliki seseorang untuk ia pertahankan menjadi keluarganya.

Jihoon memaksakan senyumnya, namun terlihat begitu tulus dan bahagia. Gadis itu sering memberikan kata-kata penyemangat bagi ibu Soonyoung.

"Ibu, bagaimana kalau kita makan masakan Jihoon hari ini? Ibu belum pernah mencobanya kan?"

Benar, itu belum pernah. Karena setiap kali Jihoon datang, Soonyoung sudah memasak terlebih dahulu.

"hari ini aku membuat kimchi bawang. Soonyoung bilang ini makan kesukaan ibu," ucap Jihoon sembari mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang.

Jihoon tahu, hari ini ia memang ingin memasakan sesuatu. Itulah mengapa ia datang lebih awal hari ini. Semua itu adalah saran Soonyoung.

🕊️🕊️🕊️

Tidak kunjung sembuh, tapi mereka juga tidak kunjung putus asa. Karena mereka tahu, suatu hari semua akan ada akhirnya.

"Aku harus menunggu ibu sembuh. Karena aku merasa ini akan menjadi akhir dari penderitaanku selama ini, tujuan akhir dari semua perjalanan kehancuranku selama ini. Ini akan menjadi pondasi dari kehidupan baruku kelak,"

Soonyoung tahu, Jihoon juga orang yang nekat sama seperti dirinya, walaupun dalam konteks yang berbeda. Maka dari itu ia sudah berhenti untuk membujuk Jihoon menyerah. Bukannya ia menyerah, ia tidak masalah merawat sang ibu sendiri, membiarkan kekasih um... tunangannya itu istirahat dengan tenang tanpa beban.

"Kau bisa. Semua ini akan membuahkan hasil," ucap Soonyoung. Dirinya cukup sadar, lebih baik mendukung dibandingkan harus membujuk sekarang. Maka dari itu, dirinya tidak henti-hentinya memberikan kata-kata penyemangat, entah untuk Jihoon ataupun ibunya.

Sesama wanita membuat Jihoon tahu penderitaan itu. Ia ingat pernah sangat khawatir kala Dino demam dan Doyoon tidak ada di rumah. Ia tahu perasaan takut kehilangan itu. Saat itu, sangat membuat Jihoon panik karena ia masih kecil dan tidak mengerti. Adik kesayangannya terlihat menderita, pikirannya langsung tertuju pada kemungkinan terburuk. Ia tidak ingin hal itu menjadi nyata pada masa sekarang.

🕊️🕊️🕊️

TBC

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang