Chapter 23: Keep coming

64 11 11
                                    

Sampai kapan kesedihan dan kepedihan menyertai orang-orang disekitarnya. Jihoon bertanya-tanya. Jihoon menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan DK, namun keadaan begitu menyedihkan. Ayah dari DK rupanya sudah meninggal sejak seminggu yang lalu, tanpa seorangpun ketahui. The8 tidak mengunjungi sahabatnya itu karena DK menolak. 

Sebelum ayahnya pergi, DK mengatakan bahwa dirinya sedang merawat sang ayah yang sedang sakit. Tidak ingin diganggu. Jika DK sudah menghubungi barulah The8 akan mengunjungi.

Akhirnya, harinya pun tiba. DK masih belum mengabarinya sama sekali. Hingga akhirnya pihak rumah sakit yang menelepon The8.

DK menderita sakit mental. Kehilangan kedua orangtuanya. Di hantui rasa bersalah terhadap kedua orangtuanya, sang paman bahkan menyalahkan semua ini padanya dan tidak ingin membiayai DK lagi. Lebih buruk lagi, DK mengundurkan diri dari pekerjaannya sejak sang ayah sakit. 

Seminggu lamanya gadis dewasa itu di rumah sendirian. Tidak ingin membagi penderitaannya dengan siapapun. Depresi seorang diri, tanpa ada yang tahu, tanpa ada yang peduli.

Gadis itu terdengar berteriak frustasi, tetangganya mencoba memanggil gadis itu tapi tidak di gubris sama sekali, gadis itu hanya terus berteriak frustasi.

Tentangganya membawanya ke rumah sakit karena banyak sekali luka di bagian lengan dan kaki. Itulah mengapa pihak rumah sakit mencoba mencari kontak terakhir yang dihubungi oleh DK dan menghubunginya.

The8 memberitahukan semuanya pada Jihoon. Penderitaan itu, tekanan itu...

🕊️🕊️🕊️

Soonyoung melarang Jihoon untuk pergi menjenguk. Bisa saja DK semakin menggila karena melihatnya. DK punya banyak dendam terhadap Jihoon. Jihoon pastilah salah satu pemicu depresinya saat ini.

"Aku tidak main-main, Jihoon. Kali ini kau tidak boleh pergi bagaimanapun juga. Dia bisa saja menyakitimu. Hanya The8 dan Joshua hyung yang boleh menjenguknya. Dia bisa menyakitimu Jihoon, aku tidak ingin hal itu terjadi," Ucap Soonyoung penuh penekanan dengan nada khawatir yang memancar jelas.

"Tapi dia tidak sadar, Soonyoung," Balas Jihoon lembut.

"Justru karena ia tidak sadarlah makanya aku melarangmu,"

"Tap-"Soonyoung menarik lengan Jihoon, masuk ke dalam mobilnya. Sungguh bukan hal yang baik jika bertengkar di depan umum. "Pilih! Tidak mengunjungi sama sekali atau aku benar-benar akan membawamu ke rumahku,"

"untuk apa kerumahmu?" tanya Jihoon tajam. Itu refleks karena panik. "Menguncimu di sana dan tidak membiarkanmu pergi. Kau bisa mencelakai dirimu sendiri,"

"Kalau begitu, biarkan The8 memberikan video call. Lihat reaksinya, jika ia memang tidak ingin menemuiku, aku tidak akan pergi, tapi jika ia terlihat biasa saja, aku akan memaksa untuk pergi berkunjung,"

Soonyoung diam beberapa saat. Ide Jihoon barusan tidak sama sekali terbesit di benaknya. Baik, katakanlah bahwa Soonyoung terlalu kalut akan kekhawatiran sehingga tidak menemukan apapun selain mengurung Jihoon yang dapat ia pikirkan.

"Sesuai perkataanmu, jika ia berontak karena melihatmu, kita tidak akan pergi," Jihoon segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi The8 dengan video call.

The8 mengangkat panggilan itu.

"Hai Ji, ada apa? Tumben sekali kau menghubungiku, apalagi sampai video call,"

"Ani, hanya saja aku ingin melihat keadaan DK. Seseorang terlalu khawatir jika aku datang dan DK menyerangku atau mungkin akan merepotkan dokter dan perawat," ucap Jihoon, sesekali melirik ke arah Soonyoung yang diam-diam mendengarkan percakapan Jihoon dan The8.

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang