Chapter 6: Meet Him Again

151 22 21
                                    

Jihoon baru mengatur kembali kertas-kertas jadwal. Memisahkan antara yang sudah dijalankan dan yang akan dijalankan untuk hari ini. Beberapa kertas berisi pertanyaan disendirikan dengan jadwal.

"Shua oppa, setelah istirahat makan siang, segera pelajari sektor 5, on air pada pukul 3 sore. Apakah tamunya sudah datang?" Joshua yang baru memakai jaketnya langsung menghampiri Jihoon.

"Aku sudah mempelajarinya, tinggal review paling sudah ingat lagi. Tamunya sedang dalam perjalanan, jangan khawatir," Setelah mengusap sekilas kepala Jihoon, lelaki itu pamit untuk makan siang bersama Dokyeom.

"Ah tunggu, aku harus menyampaikan sesuatu pada, Jihoon. Kau duluan lah," ucap Dokyeom kepada Joshua. Mereka memang selalu makan siang bersama karena memiliki selera yang sama. Joshua tidak langsung pergi, lelaki itu menunggu Dokyeom duduk di bangku teras studio.

"Ji, besok kau ada siaran, dengan seorang atlit. Dia bilang kau mengenalnya dan meminta secara langsung dari Manager. Manager Choi tidak memberitahukan secara jelas identitasnya, tapi katanya kau kenal, jadi dia ingin mengejutkanmu. Itu saja, aku akan pergi makan dulu, aku akan siapkan semuanya besok," Setelah itu Dokeyom benar-benar pergi.

Jihoon penasaran, lalu membuka kotak makan siangnya. Dirinya memang selalu membawa bekal dan tidak pernah meninggalkan kantor. Jam kerjanya akan berakhir sore ini setelah Joshua selesai. Ia punya sedikit waktu untuk mengunjungi Jisoo mungkin.

...

"Kau harus sering berkunjung, Ji. Samuel sangat menempel padamu, aku yakin ketika dia bangun nanti akan mencarimu juga," Ucap Jisoo sembari menggendong puteri sulungnya. Samuel, putera bungsu mereka baru saja berhasil tidur oleh bantuan Jihoon. Karena jika bayi tiga berusia dua bulan lebih itu pasti akan menahan Jihoon terus.

Jihoon baru akan pulang dari kunjungannya di rumah Jisoo. Sudah begitu larut dan Jihoon masih harus mempelajari scriptnya untuk esok hari.

"Aku mengerti, aku akan sering berkunjung, eonnie tenang saja," Rumah Jisoo sangat dekat dengan studio mereka. Hanya saja Jihoon merasa tidak enak jika berkunjung tanpa membawa apapun untuk keluarga ini.

Malam sudah menutupi cakrawala, sialnya langit seperti ditumpahi tinta, gelap gulita tanpa sedikitpun bintang. Untunglah Jihoon membawa sepedah yang punya lampu penerang di depannya.

Selama perjalanan pulang, Soonyoung menjaga dari jauh. Dia tahu Jihoon tidak takut akan kegelapan, tapi ia khawatir akan gadis itu, bukannya meminta musibah, tapi jaga-jaga.

...

"Seok! Jisoo eonni menitip ini," ucap Jihoon sembari menyodorkan kotak belak. Jihoon baru saja kembali dari mengunjungi rumah Jisoo. Jadwal interviewnya dimulai pada pukul 2 siang dan kini jam dinding menunjukkan pukul setengah dua. Masih ada waktu untuk membaca ulang naskahnya.

"Gomawoyeo," ucapnya senang.

"Eh iya, interviewer-nya disana, menunggumu," Ucap Seokmin sambil menunjuk salah satu ruang rekaman. "Kau sudah menyiapkan pertanyaan kan?" Tanya Seokmin.

"of course, aku sudah mepelajari naskah yang diketik sejak pagi tadi," Jihoon mulai berjalan dengan santai hingga sampai di sana. Menyapa kala membuka pintu dan menutupnya kembali. Jihoon mengeratkan pegangannya pada naskah yang sudah dipelajarinya tadi pagi saat melihat interviewer-nya.

Soonyoung di sana. Jadi ini maksud Seokmin bahwa ia mengenal narasumber mereka? lelaki itumenatapnya dengan senyuman. Menyadari keterkejutan Jihoon, ia melunturkan senyumannya. Seketika ia gugup. Padahal ini permintaannya. Soonyoung rasa dirinya berlebihan, padahal ia tahu Jihoon menghindarinya.

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang