Chapter 12: Eisa

86 18 13
                                    

"Jichu~" seru Jeonghan ketika memasuki rumah Jisoo. Joshua mengantar mereka semua tadi.

"J-Jeonghan? Ini Jeonghan? Yoon Jeonghan? Masuk di rumahku tiba-tiba?"

"Eh? Bukannya ini gadis tukang tidur di studio?" ucap Seokmin yang dihadiahi gelak tawa dari Dokyeom saudaranya.

"Kamu Seok, tapi benar haha,"lanjut Dokyeom. Mau bagaimana lagi? Jisoo baru akan kembali di studio bulan depan. Tentu gadis itu belum bertemu Jeonghan yang rupanya berada di dekatnya.

"Jichu-ya, kau tidak pernah menghubungiku? Aku marah pada Shua dan kau marah padaku? Sungguh jahat sekali kamu ini," Ucap Jeonghan dramatis.

"Kau masih sama Han," ucap Jisoo terkekeh. Ia senang bertemu kembali teman lamanya. Teringat masa dimana Joshua mengeluh padanya karena berpisah begitu saja dengan Jeonghan.

Berakhir di sini, ulang tahun Jeonghan dihadiahi pertemuan dengan sahabat lamanya. Tentu begitu berarti bagi Jeonghan.

🕊️🕊️🕊️

Jihoon sedang berjalan sendiri, bersepedah. Sebuah kejadian menghentikan pergerakannya. Seorang gadis yang dibentak oleh seorang pria hingga mendorong-dorong gadis di depannya.

"Kau pikir bagaimana nantinya? Kalau kau membuat kesalahan lagi kemungkinan kau akan diberhentikan," ucap kasar pria itu. Mendorong wanita di depannya kini hingga terjatuh lalu melempari gadis itu dengan beberapa lembar kertas.

Jihoon merasa...iba? Ingin menolong.

"Perbaiki kesalahanmu sendiri. Jika kau masih menginginkan pekerjaan ini," ucap pria itu lagi, lalu meninggalkan perempuan itu.

Wanita itu bangkit, merapihkan rambutnya lalu memungut lembaran kertas yang berhamburan.

Jihoon ikut menolong. Ia tahu rasanya diperlakukan seperti itu. Jihoon bahkan merasakan yang lebih sulit dari itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jihoon tanpa menatap wanita yang ditolongnya.

"J-Jihoon?" Jihoon mengangkat wajahnya, memandang orang yang ditolongnya.

Mata mungil Jihoon membesar karena melihat orang yang ditolongnya. Tidak peduli, dirinya sekarang dilanda panik. Gadis dihadapannya sedang terluka.

"The8, kau baik-baik saja? Kakimu," ucap Jihoon melihat luka di bagian samping betis The8. Tergores pinggiran trotoar tadi.

"A-aku baik. Terima kasih," Selama ini The8 tidak pernah menyebutkan namanya, bahkan berterima kasih. 

Tapi kini tentu perlu. Jihoon senang melihat gadis di hadapannya masih bisa berterima kasih.

"Kau boleh bercerita padaku. Aku membawa kotak P3K di sepedahku," ucap Jihoon. Menolong gadis di pelukannya untuk berdiri.

"K-Kau boleh meninggalkanku sekarang," Jihoon menghentikan gerakannya. Ia sedang mengobati kaki The8.

"kau mungkin tidak ingin, kau mungkin tidak rela ataupun terpaksa. Aku yakin," Oceh The8.

Jihoon mengerti. The8 pasti merasa tidak enak hati, apalagi karena gadis itu masih menghinanya ketika acara alumni beberapa bulan yang lalu.

"Tidak masalah. Aku sudah memaafkan kalian bahkan sebelum kalian memintanya,"

"Aku bodoh,"

Jihoon dengan pemikirannya sendiri. Mengingat tentang masa lalu. Di mana anak-anak panti lain yang lebih muda maupun yang lebih tua dari Jihoon saat itu. Mereka juga mengalami kesulitan karena perbedaan itu.

Dari mereka semua, Jihoonlah yang paling parah. Jika liburan atau ingin berkunjung, Jihoon pasti akan menyempatkan diri berada di panti dengan teman-temannya.

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang