Pagi indah itu, Jihoon duduk di depan sebuah cafe, menunggu Jeonghan yang sedang membeli cemilan. Jihoon baru saja menikmati bukunya di waktu senggang, sampai ia merasakan seseorang yang menyentuh pundaknya. Jihoon berbalik untuk menyapa, hingga ia melihat orang itu, lelaki yang sudah ia usahakan untuk hindari selama ini.
"Lama tidak bertemu, Jihoon," Sapanya lembut. Tidak, aku tidak ingin bertemu denganmu.
"Iya," hanya itu yang dapat keluar dari mulut Jihoon. Jihoon merasa risih dengan kehadian lelaki satu ini.
"Mau ikut denganku? Jalan denganku sebentar yah," caranya berbicara lebih lembut dibandingkan 5 tahun yang lalu. Jihoon menggeleng, pertama karena memang tidak mau, kedua karena sedang menunggu Jeonghan. "Maaf. Aku menunggu seseorang," Tolak Jihoon halus.
"Ah, aku mengerti. Um... Ji, aku ingin...,"
"Jihoon-ah, ayo pulang," Jeonghan datang dan menarik lengan Jihoon cepat.
"Untuk apa kau diam dihadapannya? Tampar saja jika perlu," ucap Jeonghan . Masih berjalan menjauhi pria tadi. "Ji, kau tidak apa-apa kan?" Tanya Jeonghan saat mereka akhirnya jauh dari lelaki tadi.
"Aku baik," Jawab Jihoon pelan.
"Kau selalu saja mengalah padanya. Kau tahu Ji? Dia itu bajingan! Hanya berani melawan wanita," Tampaknya bukan hanya Jihoon yang jengkel dengan kehadiran lelaki tadi.
"Aku tahu," jawab Jihoon.
Jeonghan menghela nafas. Ia terbawa emosi tadi. "Maafkan aku. Aku melakukannya lagi," Ucap Jeonghan menyesal. Ia berlebihan lagi dalam menanggapi sesuatu hingga membentak.
"Ne eonni. Gwenchanayo,"
🕊️🕊️🕊️
"Sedang apa kau di sana?" seorang pria tinggi dengan mata lebar dan rahang tegas memanggil temannya yang sedang terdiam. "Tidak biasanya kau seperti itu, Soon," ucap pria itu lagi. Hran dengan tingkah kawannya yang biasanya hyper active sekarang menjadi seperti patung di pulau Jeju.
"Aku menemukannya," Lirih pria yang dipanggil Soon.
"Siapa? Jihoon? Kau sudah meminta maaf padanya?" Cecar temannya. "Bagaimana?"
"Perlahan, Jun. Tidak sempat. Jeonghan sunbae bersamanya tadi," Jawab Soon.
"Seperti biasa. Gadis itu selalu mengacaukan rencanamu kan? Hahaha. Kwon Soonyoung memang hanya bisa dikalahkan oleh Yoon Jeonghan," ucap pria bernama Jun tadi.
"Aku sudah menyesal, Jun. Bagaimana ini? Setelah bertahun-tahun aku mencarinya. Kini aku menemukannya lagi. Tapi Jeonghan sialan itu selalu bersamanya," Jun menghentikan tawanya, ia menepuk bahu kawannya.
"Aku tahu Soonyoung. Aku mengerti. Aku akan menolongmu. Waktu kita hanya seminggu untuk mencoba. Lagipula kemungkinan besar Jihoon akan menghindari kita," Ucap Jun memberi semangat.
Bertahun-tahun Soonyoung hidup dengan penyesalan. Setiap malam menggumam nama Jihoon dan terekenang kejahatannya terhadap gadis itu. Karena tinggal satu apartemen, Jun sudah selalu mendengar racauan Soonyoung.
Pernah satu pagi ketika dirinya sedang memasak sarapan, Soonyoung terdengar menangis sendiri. Sedalam itukah penyesalannya kepada Jihoon? Namun Jun tahu kalau Jihoon masih tidak mau bertemu.
"Aku tahu, aku memang sangat bodoh saat itu. Tidak sadar kalau itu...," Mulai Soonyoung mengatakan hal yang sama, pikir Jun.
"Sudah, Soon. Jangan terus merutuki dirimu sendiri begini. Bagaimana jika penggemarmu melihat? Di sana, bukankah dia Kwon Soonyoung? Atlet yang keren itu kan? Kenapa ia terlihat begitu frustasi? Selemah itukah Kwon Soonyoung?" Oh, ya Soonyoung seorang atlet terkenal yang tangguh dan selalu menang. Tapi tidak ada yang tahu selembut apa hatinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong way to say love [soonhoon GS]
عشوائي[Revison version] Harapan terbesar Soonyoung adalah untuk bisa jujur kepada Jihoon. Memperbaiki kesalahan masa lalunya. Walaupun Jihoon selalu menghindar, walaupun Jihoon selalu menolak. Tapi Soonyoung tidak akan menyerah. Karena Ia ingin menebus se...