OLD PIANO: Special Chapter

75 11 0
                                    

Hoshi's Birtday Special Chapter

Date: Jun 15th 2023

NOT RELATED TO THE MAIN STORY










Dua bulan....
Kapan kau akan kembali....
Aku merindukanmu...

Soonyoung menuliskan kalimat itu di secarik kertas lapuk. Ia selipkan lipatan itu pada salah satu tuts piano.

Ajaib, pikirnya. Pertemuan tidak terduganya kini malah membekas di hati. Hanya karena kebiasaannya untuk kabur dari rumah, dia mendapatkan sebuah kapel antik berusia ratusan tahun. Meski sudah tua, tapi bangunan itu masih tampak kokoh. Ukirannya masih jelas dan tidak ada debu di pelatarannya.

Kala itu, Soonyoung selalu merasa depresi karena perceraian orangtuanya. Sang ibu sudah menikah lagi, ayah tirinya membencinya. Ayahnya pun sudah menikah lagi dan ibu tirinya juga membencinya.

Soonyoung tinggal sendirian di rumah, dikelilingi pelayan. Ayah ibunya bergilir untuk mengunjungi, tapi tidak lagi ada suasana yang sama.

Maka itu dia memutuskan untuk kabur. Kabur sejauh-jauhnya!

Entah berapa lama ia berlari, entah sudah berapa kali ia berhenti untuk menarik napas. Entah sudah berapa kali ia berusaha menghindar dari para pelayannya yang masih peduli.

Soonyoung berhenti di atas bukit, memandang kota dari sana. Bukit tempat dia menapak tampak gersang. Rerumputannya tinggi, berwarna kecoklatan.

Seharian itu, ia tinggal di sana, mengeksplor tempat itu. Tidak ada apa-apa selain rerumputan tinggi kecoklatan karena kering. Ia merasa seperti berada di ladang gandum.

Herannya, dia tidak merasa lapar, haus ataupun gerah. Dia merasa begitu bebas, segar dan ia tertawa. Tertawa lepas, menertawakan kisah hidupnya, hingga tawa itu berubah menjadi isak tangis.

Hidupnya yang dulu bahagia, penuh warna kini menjadi abu-abu.

Di tengah tangis sendunya, sebuah melodi menerpa pendengarannya. Alunan tuts piano yang indah menariknya. Seolah ada pita kasat mata yang melilitnya dan menariknya menuju sumber suara. Soonyoung mengikuti hatinya hingga bertemu kapel tua di tengah pada rumput.

Tidak masuk akal! Siapa yang membangun kapel di tengah peradaban antah berantah begini? Padahal bangunan itu tampak cantik dan antik. Dominasi warna merah dan cokelat terpancar dari sana. Melodi tadi masih melantun, Soonyoung mendekat dan takjub akan kehindahan kapel ini.

Bersih dan asri. Padahal ada di tengah-tengah padang rumput tak berpenghuni. Pintunya berderak ketika dibuka, mengejutkan sosok mungil yang sedang bermain piano di dalam sana.

Soonyoung tidak memperhatikan kehadian orang lain di sana. Dia malah melihat sekeliling, kursi-kursi tunggal yang berjejer di dalam sana dilapisi sepasang baju, beberapa kursi malah dilengkapi dasi dan topi.

Soonyoung terpesona oleh keindahan di dalamnya. Cahaya samar memancar dari jendela-jendela yang pecah dan menghiasi lantai dengan warna-warni spektrum.

"Selamat datang," Suara itu mengejutkannya. "Aku Lee Jihoon, pemilik kapel ini," Lee Jihoon...Lelaki pemilik jemari lentik seperti perempuan, jemari ajaib yang bisa mencipta ratusan lagu dengan lirik-lirik menyentuh hati. Rambutnya kecoklatan dengan potongan undercut, mata senada yang dalam dan hangat, tubuh mungil namun kekar dan berisi. Jihoon terlihat seperti puteri salju versi laki-laki.

Perkenalan singkat terjalin. Secara terbuka Soonyoung menceritakan kisahnya hingga bisa sampai di sini. Setengah putus asa.

"Karena kau sudah menemukan tempat ini, aku harap kau bisa selalu merasa hangat dengan kehadiranku," Sudah lama rasanya tidak ada pelukkan hangat seperti yang Jihoon berikan padanya. Sudah lama tidak ada suara lembut penuh makna yang ia dengar.

Wrong way to say love [soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang