9

1.5K 172 1
                                    

Where can we find home?

It's right next to your loved ones.

Then, where can we find love?
Pay attention and look around.


Aku baru saja kembali dari toilet ketika mendapati Damar dan Jason sedang berdiskusi. Mereka sedang membolak-balik lembar demi lembar katalog yang tebal di atas meja Jason. Aku mengintip katalog itu dari bahu Damar karena penasaran. Ternyata katalog wallpaper.

"I like this one. It's vinyl, right?" (Saya suka yang ini. Ini vynil kan?) kata Jason sambil menunjuk salah satu gambar di katalog itu.

"All wallpapers in this catalogue are vinyl." (Semua wallpaper di katalog ini terbuat dari vynil) 

"Hayu, what do think? Do you like this one?" (Hayu, bagaimana menurutmu? Kamu suka nggak yang ini?)

Aku menghampiri meja Jason dan melihat gambar wallpaper yang ditunjuk.

"Where are we going to install it?" (Mau dipasang di mana?) tanyaku.

"It's for the pantry," (Di pantry) jawab Damar pendek.

Aku mengerutkan dahi. Bukannya dinding pantry yang tertutup keramik dengan corak marmer warna krem itu masih bagus? Apa mungkin karena terlihat agak kuno jadi mereka pikir dinding itu perlu dibongkar dan diganti dengan wallpaper?

"Are you sure we need to redecorate the wall?" (Memangnya dinding pantry perlu didekorasi ulang?) tanyaku memastikan.

Damar dan Jason bertukar pandang mendengar pertanyaanku.

"We're not talking about the pantry upstairs (Kita nggak sedang bahas pantry lantai atas). Mr. Jason mau bikin pantry lagi di lantai bawah, di area kosong sebelah toilet itu. Kan sudah beberapa hari terakhir ini ada tukang yang kerja di situ."

"Oh, itu mau dibuat pantry?" tanyaku sedikit terkejut.

"Surprise!" kata Damar dengan raut muka antusias yang dibuat-buat.

"So?" potong Jason tidak sabar.

"It will give a clean and classic look at the same time," (Walpaper itu akan memberi kesan bersih dan juga klasik) jawabku sambil mengamati gambar wallpaper warna ivory dengan pola daun-daun kecil menjulur. Pada katalog itu dijelaskan bahwa daun-daun itu bertekstur timbul bila diraba. Ah, pasti akan cantik sekali pantry yang ada di lantai ini.

"Great! Just order this one. Please get it done as soon as possible," (Sip! Pesan yang ini saja. Tolong selesaikan pengerjaannya secepat mungkin) Jason mengakhiri percakapan itu.

"Sure. Thank you for your time, Mr. Jason," (Baik. Terima kasih atas waktunya, Mr. Jason) Damar pamit kembali ke lantai atas.

Baru saja aku duduk di kursiku dan memeriksa beberapa berkas permohonan pembelian barang yang harus ditandatangani Mr. Nilsson ketika tiba-tiba ponselku berdering. Nomor tidak dikenal.

"Halo," sapaku.

"Halo, Yu! Ini Mbak Tari."

Ternyata kakak kandung Sam. "Apa kabar, Mbak? Ini nomor siapa?"

"Nomerku! Nomer yang lama hangus, Yu. Lupa isi pulsa," Mbak Tari tertawa terkekeh.

"Oalah, kirain nomer siapa tadi. Tumben telepon. Ada apa, Mbak?"

"Iki lho, hari Sabtu ini anakku ulang tahun. Rencananya kita mau makan siang bareng sekeluarga saja. Kamu bisa datang kan?"

"Bisa dong, Mbak. Mega ulang tahun yang ke berapa, Mbak?"

Hush! No Drama AllowedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang