39

1.4K 187 8
                                    

Jangan ajari kekasihmu
bagaimana untuk mencinta.
Sejatinya tanpa diajari, cinta akan mewujud
dalam kata dan sikap.



Hubunganku dengan Sam memang sudah berakhir dengan buruk, tapi itu bukan berarti bahwa semua tindakan dan perkataannya selama kami dulu bersama adalah salah. Ada satu hal tentangnya yang tiba-tiba terlintas di benakku. Beberapa tahun yang lalu ketika Sam berulang tahun, aku memasak nasi goreng untuk sarapan kami bersama. Nasi goreng itu terlalu asin, tapi Sam tetap memakannya. Tidak ada lelaki yang akan menolak sarapan yang disiapkan dengan penuh cinta, kata Sam waktu itu.

Lalu kenapa memori itu muncul sekarang? Mungkin otakku yang sedang kalang kabut mencari cara untuk minta maaf pada Jason akhirnya menyerah dan terpaksa membongkar sisa-sisa memori dari masa lalu. Besok pagi aku akan mempersiapkan sarapan untuk Jason, siapa tahu setelah itu hatinya akan luluh. Walaupun Sam dan Jason adalah orang yang berbeda, tapi tidak ada salahnya mencoba. Toh mereka sama-sama lelaki. Dan seperti kata Sam, tidak ada lelaki yang akan menolak sarapan yang disiapkan dengan penuh cinta.

Tanpa menunda waktu, aku mengirim pesan pada Jason.

Aku:

Hi, Je! Busy now? (Hai, Je! Sibuk?)

Jason:

Not really. (Nggak begitu)

Aku:

What about having breakfast with me tomorrow at 7 at the office?

(Bagaimana kalau kita sarapan bersama besok pagi?)

Jason:

Ok.

Dari caranya membalas pesanku, aku tahu Jason masih kesal padaku. Tapi tidak apa-apa. Bukankah semua orang butuh waktu untuk memproses kemarahan?


_._._._._


Jam tanganku masih menunjukkan pukul enam pagi ketika aku sampai di kantor. Pak Wiro, satpam yang bertugas sejak tadi malam, menyambutku dengan keheranan. Wajar saja, jarang sekali ada staf kantor yang berangkat sepagi ini.

Setelah meletakkan tasku di atas meja, aku segera menuju pantry sambil membawa tas plastik yang berisi makanan yang kubeli di Superindo tadi malam. Aku memasukkan dua tangkup roti tawar gandum dengan lembaran keju di tengahnya ke dalam sandwich maker. Sambil menunggunya matang, aku menata dua butir telur yang sudah kurebus tadi selepas subuh, irisan keju, irisan sosis, dan irisan timun pada satu piring oval besar.

Setelah roti tawar tadi matang dengan sempurna, aku menatanya di atas piring dan meletakkan mentega di sampingnya. Apa lagi yang kurang? Oh iya, kopi! Aku melirik jam tanganku, setengah jam lagi Jason akan datang. Sebaiknya aku merebus air sekarang. Aku segera mengisi electric kettle dengan air lalu menekan tombol on pada bagian atas gagangnya.

"It smells good," (Baunya enak) kata Jason tiba-tiba. Dia terlihat santai memakai kaos polo warna biru muda yang dipadankan dengan celana chino warna putih.

"You're early! (Kamu datang terlalu awal) Kopinya belum siap," kataku sambil menyunggingkan senyum terbaikku.

"Saya sudah keburu lapar sejak jam enam tadi," jawabnya sambil menutup pintu pantry di belakangnya. Dia lalu berjalan ke arahku. Sambil bersedekap, dia mengamati piring-piring yang sudah terisi roti panggang dan makanan pelengkap lainnya. "Wow, ada timun," katanya sambil menaikkan alis ketika melihat makanan yang kusiapkan.

Hush! No Drama AllowedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang