Starla mengetuk-ngetuk kepalanya dengan pulpen, otaknya benar-benar dipaksa berpikir. Pagi ini Starla disuguhi soal-soal matematika di kelas padahal Starla belum lama menjadi murid baru.
"Star, nomor enam udah selesai belum?" bisik Rissa.
"Nomor lima aja masih mikir," jawab Starla.
"Yaah sepuluh soal lagi dong," ucap Rissa frustasi.
"Lagian gak kira-kira, masa kasih soal matematika sekali lima belas," ucap Starla setengah berbisik.
"Bu Gea emang gitu," decak Rissa.
"Jangan berisik!" ucap Bu Gea.
Starla kembali fokus pada soal-soal matematika yang sesungguhnya melihat angka dan hurufnya saja sudah membuat Starla pusing. Sebenarnya Starla lumayan cerdas tapi kelemahannya ada kemalasannya sendiri. Starla lebih suka membaca ketimbang menghitung dan menghafal rumus.
Masih ada empat nomor soal yang belum Starla isi tapi bel istirahat lebih dulu berbunyi.
"Sudah selesai?" tanya Bu Gea.
"Beluuum," jawab sebagian murid, hanya ada lima murid yang berhasil mengumpulkan tepat waktu.
"Kalian ini bagaimana sih. Begini saja, kalian kumpulkan jawabannya besok tetapi poin kalian saya kurangi tiga puluh persen. Jadi pastikan isi dengan bener, mengerti?" jelas Bu Gea.
"Mengerti," jawab murid-murid.
"Kalo begitu saya sudahi pelajaran hari ini, selamat siang." Bu Gea bergegas pergi meninggalkan kelas.
Rissa menutup bukunya dengan kasar. "Bisa gila gue. Kenapa mapel matematika harus dua kali dalam seminggu sih. Mana besok lagi, sial!." Rissa menjerit frustasi.
"Sabar." Starla menepuk pundak Rissa.
"Ke kantin yuk?" ajak Rissa.
"Lo aja deh, gue mau selesain soalnya di perpus sekarang," jawab Rissa.
"Lo serius?" tanya Rissa tak percaya. Pasalnya ia saja sudah mual melihat soal-soal itu.
Starla mengangguk mengiyakan.
"Ya udah terserah lo aja. Gue mau ke kantin, otak gue butuh pendingin," ucap Rissa.
Starla terkekeh. "Gue ke perpus duluan kalo gitu. Bye bye Rissa," ucap Starla seraya melambaikan tangan meninggalkan kelas.
Starla berjalan sambil menenteng buku dan alat tulis mencari letak perpustakaan. Starla lupa tidak menanyakannya dahulu kepada Rissa.
"Permisi, gue mau tanya Perpustakaan di sebelah mana?" tanya Starla pada seorang murid perempuan yang berpapasan dengannya.
"Ikut gue." Bara tiba-tiba berdiri di sebelah Starla.
Murid perempuan yang berpapasan dengan Starla langsung pergi tatkala melihat Bara.
"Eh kok malah pergi," ucap Starla saat melihat murid itu pergi sebelum menjawab pertanyaannya.
"Biar gue tunjukkin perpustakaannya," ucap Bara.
"Lo itu apa sih? Kenapa selalu muncul tiba-tiba? Kaya setan tau gak." ujar Starla.
"Gak ada setan seganteng gue," ucap Bara.
Bara melangkahkan kakinya dan entah kenapa Starla pun mengikuti langkah kaki Bara.
"Ada, lo setannya," kata Starla.
"Berarti lo mengakui kalo gue ganteng," timpal Bara.
"Nyebel-, aduh!" Starla mengaduh saat Bara tiba-tiba berhenti membuat kepala Starla menabrak punggung atletis Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
STELLARSHIP
Teen FictionStarla. Seperti namamu yang berarti bintang, kamu adalah setitik cahaya dalam kegelapan. -Bara ___ Aldebaran Leander atau Bara adalah ketua geng bernama Arixon yang di segani di SMA Antariksa bahkan di sekolah lain. Dunianya yang gelap membuat Bara...