"I love you, deepest."
• • •
"Keys? Tunggu aku!"
Hujan mengguyur bumi saat ini. Saat kulihat senyuman manis itu timbul.
"Tunggu, love." Aku meraih pinggangnya, memeluk gadisku itu dari belakang.
Keysaku tertawa. Tawa yang lepas. Cantik.
"Di sini saja. Dipelukan ku." Aku mengecup keningnya sekilas. Netra coklat yang telah lama menjadi obsesi bagiku itu, menampakkan sepercik kebahagiaan.
"Kamu bahagia, Keys?" Tanganku membelai anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.
"Banget! Lan, janji ya jangan jauhin aku sama hujan?"
"Janji. Dengan syarat, hujan nggak boleh nyakitin kamu." Aku berbisik di telinganya.
Gadisku itu menampakkan raut cemberutnya. Sangat lucu, membuatku mendaratkan gigitan kecil di sana.
"Hujan nggak pernah nyakitin aku, Atlantis."
Tanganku mengambil tangan dinginnya untukku genggam.
"Whatever, Keysa. I will give you Atlantis nights, if you want."
Aku menciumnya.
Gadisku itu sedikit menggeliat, saat ciuman kembali ku daratkan di wajah basahnya.
"But remember one thing. I never forgive them, if I know, they make my little girl cry."
Keysa tersenyum. Senyuman semanis madu. Candu ku.
"Mereka nggak akan nyakitin aku, soalnya kamu galak!" Dia berujar, matanya mengerjap polos.
Aku terkekeh. Kucium ranum merah muda itu, merasakan sesaat kebahagiaan yang menghujam jantungku.
"I love you, my Keysa."
"Jangan pernah berpikir untuk pergi, keysa."
• • •
Atlantis,
Keys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keys
Teen FictionKeys, prettiest, strongest, sweetest, my love. ⚠️ The male lead has Dissociative Identity Disorder ( DID ) experience. ⚠️