Bruises.

348 34 6
                                    

"It's called, destiny."

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"Samu? Sedang apa?"

Aku memandang pundak kokoh itu dengan intens. Cahaya keemasan dari luar, samar-samar menenggelamkan sosoknya.

Hingga laki-laki itu benar-benar berbalik kearah ku, barulah sosoknya menjadi solid.

Memperhatikannya berjalan menghampiriku, membuatku tersadar, bahwa Samu benar-benar menguasai tubuhnya saat ini.

Laki-laki itu menggapai ujung rambutku, ia membelainya dengan menatapku lebih lembut. Posisinya yang berdiri persis di depanku, membuat wewangian kesukaanku dalam dirinya menjadi lebih pekat.

"Kau memilihnya dengan tepat." Ucapnya pertama kali, saat netra hitam legam itu menatap kedua mataku bergantian.

Sungguh.. yang ia lakukan baru saja membuatku sedikit gugup.

"Memilihnya dengan tepat?" Aku mengerutkan keningku, tidak mengerti maksudnya.

"Pintunya. Kau memilih ruangan yang ada aku didalamnya."

Memandangnya terpana. Apa yang laki-laki ini katakan, adalah sebuah kebetulan yang telat aku sadari.

"Well, kebetulan yang bagus. I didn't even know if you were in this room." Sejujurnya, aku 'pun baru menyadarinya.. tadi itu, sungguh memilihnya secara acak.

"It's called, destiny." Jawabnya, dengan suara pelan.

Samu mengecupku sekilas. Tangannya mengambil tanganku untuk ia angkat dan memutar tubuhku secara perlahan.

Ia menggapai tubuhku kembali. Merengkuhku, menghapus jarak diantara kami. Kedua kening kami saling menyatu, membuat napasnya yang hangat berbaur dengan wewangian lavender yang keluar dari tubuhnya, mengisi utuh ruang penciumanku.

"Berdansa lah bersamaku, Keys." Kurasakan kecupannya mengenai wajahku sekali lagi, ketika ia berbicara dengan suara paraunya. Ada tuntutan disana.

Lalu kami mulai berdansa. Aku tidak menolaknya, juga tidak menyetujuinya. Tetapi itulah Samu.

Laki-laki itu mengelabuiku. Membuatku terus berputar dan kewalahan, hingga ia benar-benar mengendalikan diriku.

Kami berputar dibawah cahaya matahari keemasan pagi ini. Aku sangsi tidak ada yang menyaksikan kami, kecuali kesunyian yang perlahan menghilang, digantikan oleh alunan musik yang muncul tiba-tiba, mengalun memenuhi ruangan ini, bergabung bersama kami.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang