Candle's miror.

1.3K 83 0
                                    

"A hopeless ruins my wrapped heart to catch you."

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"You always thought that no one knows about your nightmare, Darling."

Ruangan ini dingin sekali. Masih aku dengar sayup rintikan hujan diluar sana. Sejak dua jam yang lalu terkurung dalam ruangan keramat bersamanya.

"I can see u, everywhere, Keys."

Tubuhku menggelinjang. Sentuhannya membuat bulu kudukku berdiri.

Gelap dan manis. Ruangan ini hanya dilingkari oleh lilin kecil yang membawa cahayanya kepada cermin yang menampakkan diriku.

Di sana, dibalik cermin dengan remang cahaya lilin, tubuhku terbalut oleh dress ungu kesukaannya.

Dia selalu menyukainya, menyukai apa yang aku sukai. Gaun ungu, samar-samar lilin di tengah hujan, lavender dan aroma tanah basah. Semua yang membuat itu menjadi rasa manis, untuk kami berdua.

"Manis," Samu berbisik, tepat di telingaku. Matanya yang tertutup kini memandangi sendu punggungku, tangannya setia melingkari pinggangku rakus.

Dapat aku rasakan terpaan napasnya ditengkukku. Dapat aku dengar dengan jelas geramannya.

Aku terdiam. Hanya terdiam, di saat dia bergerak agresif, melingkupi tubuhku. Mataku Terpaku menatapnya dibelakangku dari balik kaca. Tatapannya yang memujaku, kini menampakkan kesakitan.

"Keys, I feel so dumb in you."

Samu, sosok misterius yang memiliki kedudukan sama dengan Atlantis, atau mungkin lebih menguasai raganya.

Samu, aku tahu tatapan itu, dia kesakitan. Tetapi entah untuk apa.

Tiga tahun aku hidup dalam penjara jiwaku. Dua tahun terakhir baru aku ketahui, bahwa Atlantis bukan lah satu-satunya yang berkuasa atas jiwanya.

Sangat sulit awalnya untuk benar-benar mengenali Samu. Meskipun sejak awal aku sudah merasakan kehadirannya di saat-saat tertentu.

Tetapi sosok ini, sosok yang paling mengujar-ngujarkan rasa cintanya untukku di dalam kemisteriusannya.

Euforia yang Samu berikan melalu tatapannya mampu mempengaruhi pertahanan ku. Mata hitam legamnya menyalurkan kesedihan, kemuraman, kesakitan, dan luapan kerinduan.

Tetapi satu hal yang tidak dapat aku pahami adalah tatapan kesakitannya. Dia kesakitan atas apa? Seharusnya akulah yang kesakitan, aku lah yang menampakkan curam kepedihan untuknya, saat seminggu yang lalu, pria ini lah yang secara terang-terangan mengaku sebagai dalang atas kematian kedua orang tuaku.

Dia mengaku, setelah sebelumnya memenggal kepala laki-laki yang tidak bersalah, atas dasar kecemburuannya. Di depanku, sebagai tanda peringatannya.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kejiwaanku kedepannya. Setiap hari, setiap hari aku ketakuan kalau-kalau besok kejiwaanku terganggu. Atau mungkin sudah.

Aku menghela napas lelah. Tatapan kami masih menyatu, lalu kulihat laki-laki itu berjalan mundur, menjauhiku.

Dia terus mundur, semakin jauh dengan tatapan putus asa. Tangannya merapihkan dasinya, tanpa berpaling dariku.

"You are never change."

Samu menghilang dari balik pintu besar dibelakangnya, setelah dia mengucapkan satu kalimat yang membuat napasku tersengal.

• • •

Cursed,
Keys.

TBC.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang