"He is still Samu."
Esmeralda Glorious.
~ Keys ~
• • •
Aku baru ingin menjawab perkataan Moreo saat Samu dan psikiater-nya telah lebih dulu keluar dari ruangan terapi dan menyapa kami.
Pagi ini, Samu terlihat sangat segar dengan kemeja putih pilihanku. Pria itu menggulung lengan bajunya hingga ke siku, dan berjalan santai dengan pandangan lurus menatapku.
Ia tidak tampak seperti seorang pasien yang baru saja selesai konsultasi.
Aku terkekeh pelan. Lihatlah Mister perfect kita. Siapa sangka laki-laki yang memasang wajah datar dengan sorot mata tajam ke arahku itu adalah sosok yang baru saja merengek seperti bayi dalam pelukanku tadi malam.
"Apakah semuanya berjalan lancar, dokter Fei?" Moreo menyapa pria muda yang berjalan bersama Samu. Namanya Fei, psikiater Samu.
Fei menanggapi pertanyaan Moreo, lalu kami saling berjabat tangan. "Dokter Fei, anda memiliki sisa waktu dua puluh lima menit di kesempatan kali ini untuk membicarakan kondisi tuan Samu, berdua dengan nyonya Keys—"
"Aku ikut." Samu memotong ucapan Moreo. Pandangannya tak lepas dariku, manik hitam legam laki-laki itu berhenti agak lama di kedua pundakku.
"Maaf, tetapi anda harus istirahat—"
"Kalau begitu atur saja di pertemuan selanjutnya." Potong laki-laki itu lagi. Kali ini menatap langsung pada Moreo.
Aku melihat Moreo mengangguk ter-patah. Sebenarnya, sebelum jam konseling Samu di mulai, dokter Fei sempat menjelaskan sedikit informasi padaku tentang kondisi Samu. Hanya saja, Samu rewel. Pria itu meminta agar sesi konselingnya dipercepat. Jadilah obrolan kami terputus.
"Dengan senang hati tuan Glorious, kapanpun anda butuh, saya selalu siap." Fei tersenyum ramah, lalu menjabat tangan Samu.
"Baiklah, kalau begitu kita antar dokter Fei." Aku baru ingin melangkah ketika Samu menggenggam lenganku dan meremasnya. Membuatku memandangnya bingung.
"Moreo bisa mengantarnya hingga ke lobby. Anda tidak keberatan, 'kan, dokter Fei?" Beo Samu dan di balas dengan anggukan. Aku hanya menghela napas, heran dengan tingkah laku Samu.
Dokter Fei berpamitan dan pergi dengan ditemani Moreo. Saat keduanya telah menghilang dari balik lorong panjang, saat itu jugalah Samu menghimpit tubuhku ke tembok.
Aku belum sempat mencerna keadaan ketika dengan tiba tiba Samu menghisap leherku kuat. Kedua tangannya mencengkram lenganku yang terbuka.
"Aws!" Ringisan keluar dari mulutku kala hisapan Samu terasa begitu kuat dikulit leherku.
"Mengapa kamu melepas cardigan-mu, dan membiarkan mereka leluasa menatap kulit lenganmu? Hebat sekali kamu!" Samu marah, aku tahu, suara pria itu begitu rendah dan berat. Jantungku ingin meledak rasanya.
Oh sungguh, lebih baik aku menghadapi sifat bayi pria ini daripada harus berurusan dengan mode buasnya!
"Aku kepanasan. Lagi pula, tidak ada yang memperhatikannya." Aku mendorong dada bidang Samu yang menghimpitku, berusaha melepaskan kungkungannya. Sia sia.
"Gampang sekali kamu bicara, sayang." Samu memperdalam hisapannya di leherku. Nyeri, ia tidak menanggapi sama sekali tubuhku yang sudah memberontak.
"Samu, dengarkan dulu!" Aku mendongakkan wajahku, merintih, dan laki-laki itu mencumbuku saat itu juga.
Ia menggigit keras bibirku, menghisapnya dalam, dan menjilat darah yang keluar dari bibirku akibat gigitannya.
Kurasakan hisapan manis bibirnya bercampur bau anyir darah, juga wewangian lavender yang menyeruak dari dalam tubuhnya.
Tanganku terus mendorong dada bidangnya. Terus berusaha memberontak ketika ciumannya terasa semakin liar dan menyakitkan.
Ia menggigit bibirku lagi dan lagi. Satu tangannya meremas pinggang-ku kasar saat tangan lainnya telah mencengkram rahangku—mengunciku agar tidak dapat bergerak.
Gila, Samu benar benar gila!
"S-stooop!" Aku benar benar akan pingsan akibat kehabisan pasokan udara jika saja Samu tidak memberhentikan cumbuannya detik itu juga.
Ku raup dengan rakus udara di sekitarku, sementara laki-laki itu terus menatapku dengan tajam.
Tubuhnya masih menghimpit tubuhku, membuatku sekali lagi mendorong dadanya, tetapi kali ini dengan cepat ia cengkram pergelangan tanganku dan diletakkannya tepat dimana dapat kurasakan jantungnya yang berdebar kencang.
"Do you feel it, Mrs. Glorious?" Ibu jari Samu menghapus jejak darah di ujung bibirku kala manik hitam legam itu perlahan melembut.
Aku bersumpah saat itu juga rasanya aku ingin melarikan diri lagi! Sifat dominannya yang kembali ia munculkan, menyadarkan-ku bahwa ia tetaplah seorang Samu Glorious.
Melupakan fakta bahwa laki-laki ini baru saja menampakkan sisi lemahnya. Aku tidak seharusnya lupa bahwa selemah apapun Samu, dia tetaplah Samu.
Samu menarik tubuhku lebih dekat, membiarkan tubuh kami benar benar menempel. Ia mencium pucuk kepalaku, dan berbisik dalam..
"Kamu membuat sesuatu terbakar hebat di dalam sana." Ucapnya, menekan tanganku di atas dada bidangnya.
• • •
Cursed,
Keys.TBC.
Oouushiittt!! Dia tetaplah Samu. 😸
Kalau ketemu laki-laki modelan Samu di real life, cepat cepat lariii selamatkan dirii.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keys
Novela JuvenilKeys, prettiest, strongest, sweetest, my love. ⚠️ The male lead has Dissociative Identity Disorder ( DID ) experience. ⚠️