Atlantis - Throwback.

394 17 3
                                    

"Cinta dan obsesi. Saling terhubung oleh ikatan tak kasat mata. Aku harap putraku tidak akan mengalaminya." - Mother Esmeralda.

" - Mother Esmeralda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Atlantis. Ia datang. Menampakkan dirinya di depan rumahku, lima bulan setelah aku menemukannya terkapar tak berdaya.

"Hello, nona Keysa. Nice to meet you again." Ucapnya sore itu, dengan sapu tanganku digenggamannya, juga senyuman hangatnya.

Aku jelas terkejut atas kehadirannya. Tanpa aba-aba dan ekspektasi jika kami akan bertemu kembali.

Atlantis. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Sejak aku menemukan keberadaannya pertama kali, laki-laki itu tidak pernah benar-benar menghilang dari pikiranku.

Aku senang dapat bertemu tatap dengan mata hitam legamnya yang sayu. Mengetahui jika ia hidup dengan baik. Meskipun laki-laki itu tidak pernah membiarkan aku tahu bagaimana cara ia menemukan kediamanku.

Tidak pernah, sampai aku mengetahuinya sendiri.

Atlantis tergambar sebagai sosok yang ramah dan sopan. Ia dapat dengan cepat akrab dengan kedua orang tuaku dan kami menjadi teman dalam waktu yang sangat cepat.

Semua hal tentangnya selalu menyenangkan. Hari-hari berikutnya, laki-laki itu mulai sering mengunjungi kediamanku. Untuk sekedar saling mengobrol, bertukar cerita dan menyantap sup kacang merah buatan ibuku.

Perlahan, aku mulai terbiasa dengan aroma tubuhnya yang manis seperti madu. Senyuman hangatnya. Binar sayu hitam legamnya yang menatapku setiap kali ia bercerita.

Semuanya berjalan dengan baik. Pertemanan kami terus berjalan beriringan dengan perasaan nyamanku yang terus tumbuh setiap kali kami bertemu.

Lambat laun, bertemu dengan Atlantis menjadi rutinitas yang kulakukan hampir setiap hari.

Hingga tepat satu bulan pertemanan kami terjalin. Sesuatu yang berbeda dan membingungkan pun terjadi.

Seperti hari-hari sebelumnya, sore itu, Atlantis mengajakku bertemu kembali di kebun lavender milik ayahku.

Atlantis masih sama, masih senang bercerita hal-hal random yang tidak terlalu penting. Hanya saja, sore itu, aku menyadari bahwa ekspresinya tidaklah sama. Wajahnya tidak seceria biasanya, meskipun ia masih tersenyum hangat padaku. Tetapi, jelas terlihat manik hitam legam itu nampak redup dan lelah.

"Ada apa, Atlantis?"

"Hum? Tidak ada apa apa. Kamu bosan, ya, mendengar aku bercerita tentang kisah cinta kelinci?"

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang