We will be okay.

257 26 0
                                    

"He told me that we will be okay. Everything will be okay."

( Ngetiknya sambil dengarin lagu ini. )

Keys.

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"Gila."

"Aku serius."

"Tidak." Aku mendelik kearah Samu. Laki-laki itu tersenyum jahil.

Bagaimana bisa ia mengatakannya dengan santai—mengajak berdansa di tengah hujan, dini hari. Dengan wajahnya yang pucat pasih?

Aku berdecak, berjalan berbalik arah, berusaha menghiraukannya.

"Keys." Laki-laki itu mengekoriku. Tangannya berusaha menggapai lenganku.

"Keys.."

"Tidak mau,"

"Keys!"

"Kenapa?" Aku baru ingin berbalik dan protes kepadanya—ketika secara tiba-tiba ia memelukku.

Aku paham, sangat paham jikalau laki-laki di pelukanku ini hanya sedang menggodaku saja tadi—mengenai ajakkannya berdansa di tengah-tengah hujan.

Sebab ia tahu persis bagaimana aku malu-malu ketika dirinya menatapku menangis secara terang-terangan.

"Dizzy," Samu bergumam dalam dekapanku. Tangannya sedikit mencengkram punggungku ketika mengatakannya.

"Samu..." Kurasakan punggung Samu berguncang. Ia meringis lagi, tangannya mencakari punggungku, seperti sedang menahan sesuatu.

Tidak lagi, Samu. Tidak lagi.

Aku menggigit bibir bawahku, merasakan perih ketika cengkramannya semakin kuat di punggungku, "Sakit sekali, ya, Samu?"

"Maaf, Samu. Maaf kamu harus kesakitan." Mataku memanas, berusaha mengerjap, melihat keseliling ruangan yang gelap dan dingin.

Tidak ada rembulan malam ini. Hanya kami berdua. Saling memberi kekuatan melalui pelukan.

Kuharap begitu.. kuharap pelukanku dapat menenangkannya—setidaknya sebelum Samu menangis di pelukanku, menyadarkan bahwa kondisinya benar-benar buruk.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang