9. Bad Day

4 1 0
                                    

SMA Three Buana

"kok rame banget sih didepan mading?". tanya Asyira kepada Via.

Asyira baru saja sampai ke sekolah dan tak sengaja bertemu dengan Via di depan gerbang tadi dan setelah mereka masuk mereka malah mendapati banyak siswa/i yang berada di depan mading seperti sedang melihat nilai yang keluar, tapi jika di pikir lagi tidak mungkin karena ujian masih lama.

"Nggak tau sih yaudah ayo liat sempat aja berita yang bagus". Ajak Via kepada Asyira.

"Mmm nggak ah lagi pula banyak anak-anak malas banget". Asyira menolak dan langsung pergi meninggalkan Via tetapi Via malah tidak peduli dengan perkataan Asyira dan ikut-ikutan untuk melihat apa sebenarnya yang tertempel di mading tersebut.

Asyira sekarang tengah berada di pinggir lapangan ia bingung harus kemana ia ingin ke kelas tapi bel untuk masuk kelas masih lama masih ada waktu kira-kira 30 menit Asyira bingung ke kantinpun ia tidak bisa jika tidak ada Via ia sangat kesepian di sekolah ini hanya Via lah satu-satunya temannya tak ada yang lain. Hingga Asyira kaget saat kepalanya terhantam oleh bola basket.

"Sorry gue nggak sengaja".

"Adzriel? iya iya gue nggakpapa kok". ucap Asyira sambil mengelus kepalanya.

"Asyira". balas Adzriel dan menarik tangan Asyira dari kepalanya dan menggantikannya dengan tangan Adzriel mengelus kepala Asyira. Asyira kaget dan hanya bisa diam mematung mendapatkan perlakuan yang begitu lembut dari Adzriel.

"gue minta maaf yah gue selalu buat lo celaka". ujar Adzriel dan meniup puncak kepala Asyira yang terkena bola.

"Ng-nggakpapa kok nggak sakit banget juga". Asyira menjauhkan kepalanya dari Adzriel dan menunduk mengambil bola basket tersebut kemudian menyerahkan kepada Adzriel.

"gue nggakpapa udah sana lanjut main".

"ayo main bareng gue". tanpa persetujuan Asyira, Adzriel menarik tangan Asyira ke tengah lapangan.

"gue nggak tau main".

"sini tas lo". Adzriel lalu melempar tas Asyira kepada salah satu teman basketnya.

"ihh gue nggak tau main Adzriel udah ah". Asyira hendak meinggalkan lapangan tapi Adzriel menahan tangannya.

"yah makanya ayo gue ajarin Asyira". bisik Adzriel ke teling Asyira. Asyira pun akhirnya pasrah saja toh mereka sudah terlanjur menjadi pusat perhatian sekarang.

Mereka terus bermain tanpa memperdulikan tatapan-tatapan dari siswa/i sekolah ini dan dari kejauhan ada seseorang yang tengah berapi-api melihat kedekatan mereka berdua.

"Awas aja lo anak baru". dan seseorang yang tengah berapi-api oleh kecemburuan itu tidak lain orang yang hendak menampar Asyira di kantin bername tag Auristela Arabelle.

"Lo nggak boleh diam aja Ris tuh anak harus di kasi pelajaran biar nggak kegatelan sama pacar orang". ucap Bilqis teman Auris manaruh bumbuh dalam tubuh Auris yang sedang terbakar.

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 30 menit yang lalu namun Asyira masih berkutat dengan buku-buku PRnya sedangkan Via telah pulang sedari tadi dan sekarang kelas Asyira juga sudah kosong tinggal ia sendiri yang masih berada di dalam kelas.

Hingga suara tepuk-tepuk tangan membuyarkan Asyira dari kefokusannya mengerjakan pr-prnya tersebut.

"inilah dia murid baru yang nggak tau diri yang udah berani-beraninya ngedeketin pacar gue". ucap sesesorang yang tak lain adalah Auris.

"kalian mau apa?". tanya Asyira sedikit was-was pasalnya sekarang sisa ia sendiri yang masih ada di kelas dan sempertinya tujuan mereka mendatangi Asyira tidaklah baik.

Auris medekati Asyira dan menampar wajah Asyira dengan begitu keras hingga suaranya terpantul dalam kelas kosong tersebut.

"gue minta sama lo jauhi Adzriel bangsat Adzriel pacar gue nggak tau diri banget yah lo bitch dasar murahan". Perkataan Auris terdengar jelas ditelinga Asyira tapi ia hanya diam menahan rasa sakit dipipi kirinya yang disebabkan oleh tamparan Auris.

"gue peringatin sekali lagi kalau gue masih liat lo deketin Adzriel gue bakal lakuin hal yang lebih dari ini". ucap Auris namun saat hendak meninggalkan Asyira ia mengambil buku PR Asyira dan merobek-robeknya dan Auris melempar kertas-kertas itu di hadapan Asyira dan kemudian berlalu dari hadapan Asyira.

Asyira diam saat diperlakukan seperti itu oleh Auris, Asyira menunduk mengumpul semua kertas-ketas Asyira yang telah disobek oleh Auris. "inikan yang bunda dan ayah pengen dari Asyira selalu sabar apapun yang mereka perbuat kepada Asyira. Asyira akan ingat semua tujuan awal Asyira pindah ke sekolah ini Asyira akan selalu ingat bahwa Asyira pindah ke sekolah ini untuk menjadi Asyira yang lebih baik. Asyira akan diam tapi Asyira nggak tau harus sampai kapan Asyira menahan diri di perlakukan seperti itu oleh mereka." Lirih Asyira.

Asyira pulang dan menerobos derasnya hujan entah kenapa ia sangat menyukai hujan karena dengan berada di bawah hujan tidak ada yang mengetahui bahwa Asyira sedang menangis, menangis entah untuk hal apa Asyira pun seperti sudah tidak mengerti, Asyira seperti tidak sanggup untuk bertahan dengan semua ini ia ingin berhenti seandainya saja ia bisa tapi sayangnya berhentipun seperti tidak pantas untuk Asyira.

"myeong... myeong...". suara kucing menghentikan Asyira dari kesedihannya ia mencari dari mana asal suara itu seperti terdengar jelas tapi ia tidak tau dari mana asal suaran kucing itu hingga ia menundukkan pandangannya betapa kagetnya ia saat melihat ada se ekor kucing yang sedang terperangkap di dalam saluran air.

Asyira mencoba menolong si kucing tapi disatu sisi ia jijik dengan saluran air tersebut tapi di sisi lain ia sungguh kasian kepada kucing itu. "gue harus gimana dong?". Asyira mencoba berpikir dan ia akhirnya mengambil sebatang kayu yang tidak jauh darinya ia mencoba mengambil kucing tersebut dengan kayu. Namun bukannya kucing itu terbantu dengan bantuan yang Asyira lakukan kucing tersebut malah semakin tenggelam.

"Asyira ngapain lo?". tanya seseorang dari belakang Asyira dan ternyata ia adalah Fathan dan teman-temannya.

"lo mau membunuh kucing malang itu?". tanya Arta.

"Nggak g-gue nggak mau bunuh kucing itu, g-gue mau nolongin". jawab Asyira mencoba menjelaskan.

"bohong banget lo. jujur aja lo mau bunuh tu kucing kan dasar perempuan nggak punya perasaan lo". Rafka sedikit memperbesar suaranya karena hujan sangat deras dan sekarang mereka semua tengah basah kuyup.

Karel akhirnya mengambil kucing yang terjebak didalam selokan tersebut dengan tangannya dan sedikit membersihkan kucing tersebut.

"G-gue nggak bohong gue cuman...".

"alah bacot lo dasar nggak punya hati lo".

mendengar semua itu Fathan hanya diam tidak berniat membela Asyira sedikitpun padahal Asyira sudah menatapnya seperti mengatakan bahwa apa yang mereka bilang tidak lah benar tapi Fathan malah mengalihkan perhatiannya.

Asyira lebih memilih untuk pergi dari pada harus meladeni mereka hanya membuat Asyira sakit hati dengan setiap perkataan yang mereka keluarkan.

"mulut lo kasar banget kenapa si belum tentu jugakan dia bakal bunuh kucing ini". ucap Karel membela Asyira.

"lo yang kenapa jarang ngomong sekalinya ngomong malah bela tuh cewe yang nggak punya perasaan eh kalau dia punya perasaan pasti nggak bakal dia mau bully orang-orang di sekolah sampe banyak yang pindah sekolah trus...".

"udah-udah lo berdua kenapa jadi debat di bawah hujan deras. udah sana naik ke motor lo pada". Fathan mencoba melerai sebelum mulut Rafka membuat Karel naik pitam.

"Karel kucingnya biar sama gue aja". pinta Fathan kepada Karel.

Bad AttitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang