Asyira sekarang tengah berada diruang keluarga dengan tumpukan-tumpukan buku yang berada di atas meja tepat dihadapannya.
Asyira membulatkan mulutnya tak percaya ia melihat tumpukan buku itu sambil mendongak saking tinggi. "Lo serius suruh gue pelajari semua ini dalam satu malam?"
Fathan yang sedang duduk diatas sofa menundukkan pandangannya menghadap Asyira dan menjawab dengan anggukan namun ia memasang wajah yang begitu datar dan dingin. Menyebalkan. Batin Asyira.
"Lo marah sama gue?" Tanya Asyira lagi yang membuat Fathan menghembuskan nafasnya kasar.
"Hukuman buat lo karena udah bolos 2 hari dari pelajaran tambahan gue." Jawab Fathan yang sekarang tengah memainkan ponselnya.
"Asu."
"APA?."
Asyira lantas segera mengambil buku yang berada didepannya dan segeta sok sibuk memperhatikan rumus-rumus dibuku itu.
"Fathan gue capek belajar. Gue laper." Asyira memasang wajah memelasnya kepada Fathan berharap cowok psikopat ini mau mendengarkannya.
Fathan melihat jam yang ada di pergelangan tangannya dan ternyata waktu sudang menunjukkan 11:20 yang berarti Asyira telah mengahabiskan 4 jam untuk belajar.
"Yaudah." Balas Fathan acuh dan kembali memainkan ponselnya.
Asyira kegirangan mendengar perkataan dari Fathan. "Kalau gitu gue kedapur dulu yah."
Fathan hanya berdeham. Asyira pun lantas berlari kearah dapur untuk mengisi perutnya.
Asyira sedikit kecewa sesampainya didapur tidak ada apapun yang siap untuk ia santap.
"Gue masak aja kali yah." Asyira merasa memasak adalah jalan yang baik untuk dapat mengisi perutnya yang sedang keroncongan meminta di isi."AAKHHH." Teriakan dari dapur sontak membuat Fathan sedikit kaget dan berlari kearah sumber suara yang ia yakini adalah Asyira.
"Aduh aduh awkh awkh." Asyira terus merinti kesakitan bertepatan datangnya Fathan.
Fathan lantas menarik tangan Asyira dan mengisapnya mengeluarkan darah dari telunjuk Asyira.
"Sakit Fathan jangan isap kenceng-kenceng." Rengek Asyira karena Fathan mengisap jarinya dengan begitu kuat.
"Maaf. Maaf. Kenapa bisa kayak gini sih? Lo ceroboh banget. Liat nih darah lo nggak berhenti-berhenti keluar. Untung aja nggak sampe kepotong jari lo." Fathan terus saja menceramahi Asyira namun tetap fokus membersihkan darah dari jari Asyira iapun segera mengambil kotak P3K yang terletak diatas lemari dapur tersebut.
"Makasih". Ucap Asyira yang sedang memperhatikan hasil perban dari Fathan.
"Tapi ini emang nggak keterlaluan? Jari gue yang luka ujungnya doang kok lo perban satu jari telunjuk gue sih." Asyira merasa heran sekaligus aneh melihat hasil perban Fathan yang begitu keterlaluan sampai-sampai jari telunjuknya susah untuk digerakkan karena perban yang dibuat oleh Fathan.
"Ya nggakpapa biar bagus, cepat sembuh jari lo." Mendengar itu Asyira hanya memutar bola matanya malas.
"Lo mau makan?" Asyira mengangguk dengan menampilkan pupy eyesnya kepada Fathan.
"Kenapa gitu lo?"
"Ah nggak peka lo. Nggak asik." Asyira memanyumkan bibirnya kesal karena Fathan sama sekali tidak peka dengan pancaran wajah yang telah Asyira berikan.
"Lo mau gue masakin?"
"Yaahh kalau lo maksa buat masakin gue yah udah."
"Pede banget lo gue paksa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Attitude
Fiksi RemajaNaila Asyira Queelyna gadis yang selalu mengubah rambut hitamnya menjadi warna ungu jika akan melakukan sesuatu yang buruk. The Qween Of Demon adalah julukannya ia bukan hanya terkenal di sekolahnya tetapi di seluruh SMA yang ada di Jakarta pasti me...