Hai hop pop gengsss 👋👋😊❤
Jangan lupa vote dan komennya ya
Jangan lupa juga follow Author-nya biar tahu info terkini, hehe :)Selamat membaca📖
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
"Yey, selamat ulang tahun, Nino."
Tubuh Nino meremang. Air matanya meleleh membasahi pipi walau tak deras. Ketika Sinta menyambarnya dalam pelukan, juga Lea ikut mendekapnya, desiran hebat serasa menusuk di hati. Meski tak ia balas pelukan itu, kehangatannya amat terasa.
Ia membiarkan dua gadis ini mendekap erat tubuhnya. Dalam benak terbesit keinginan untuk membalas pelukan mereka, namun, ia takut. Takut kehilangan orang tersayang kedua kalinya.
"Te-terima ka-ka-sih Le--"
BYUUUR!
Pelupuk mata milik Nino terbuka lebar sewaktu tubunya merasakan dinginnya air. Gegas bangun dari tidurnya. Duduk ragu serta menundukkan kepala lantaran sedikit getar ketika sorot mata tajam Ibu tertuju padanya.
"Enak? Enak mimpinya? Dari tadi senyum-senyum mulu. Kami panggil dari luar kau tak membuka pintu? Untung ada kunci cadangan!" Bersamaan dengan omelan Ibu, Nino melirik anggota keluarga lain seperti Ayah dan Andre.
Kepala Nino menunduk lemah lagi. Rupanya, ulang tahun tadi hanya mimpi. Bunga tidur yang seolah benar-benar nyata. Sampai-sampai rasa nyaman dan hangat dalam mimpi tadi mampu terbawa ke dunia fana ini.
"Ma-maaf, Ma. Aku ke-ketiduran," jawab Nino pelan.
Walaupun bahu Nino tak gemetar lagi, dan napas lega menyertai, ia masih bisa merasakan hawa kebencian dari orang tuanya itu. Terutama tatapan benci sang Abang yang langsung masuk ke kamar. Kembali Nino menurunkan pandangan. Bohong kalau Nino tak mempunyai rasa ingin melawan. Namun, entah mengapa ia tak mampu melakukan semua itu.
"Kau! Angkati barang-barang yang ada di bagasi mobil! Kami capek!" Pasangan suami istri itu mendaratkan bokong di sofa satu lagi sembari merebahkan tubuh.
"Mama sama Ayah ... bukannya ke rumah nenek? Kenapa cepat pulang?" tanya Nino memberanikan diri.
"Nenek sedang pergi reunian bersama temannya. Udah, jangan banyak tanya, segera kerjakan tugasmu!"
Nino mengangguk cepat. Lekas berdiri, berlari kecil keluar rumah menuju mobil yang terparkir di halaman depan lalu membuka bagasi kendaraan roda empat itu. Ada dua koper, satu tas besar berisi makanan, dua kardus berukuran sedang, serta barang lainnya. Lengannya telaten mengangkat barang satu per satu dan membawa ke dalam rumah. Kembali teringat dengan masa lalunya sejak Bunda tiada, ia selalu disuruh mengangkat barang-barang. Akh, haruskah Nino geram atau mengabaikan ingatan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]
Teen Fiction"Aku hanya ingin tidur ... tidur selamanya bersama Bunda." "Berani baca kisahku?" _ _ _ _ _ _ Aku Nino, cowok berkacamata yang selalu memakai jaket. _ _ _ _ _ _ Tekanan hidup membuatku depresi dan berakhir menyakiti diri sendiri. Bukan hanya sekal...