35¦ Retak

1.3K 175 8
                                    

Holaaa gengsss 💟👋👋

Nungguin ya?

Makanya, follow Author-nya dulu, biar tau info kapan update cerita ini. :)

Ya udah kalau gitu. jangan lupa vote dan komennya ya

Masa orang baik gak mau ngevote?

Oh ya, dan maafkeun kalai ceritanya makin lama makin membosankan ya 😢

Oh ya, dan maafkeun kalai ceritanya makin lama makin membosankan ya 😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Gumpalan putih itu menutupi rembulan, juga bintang-bintang yang menghiasi langit. Langit seolah tahu kalau seseorang tengah kacau.

Di dalam kamarnya Karina mengerang frustrasi sambil menjambak rambut. Pekerjaannya bagai kertas yang terbakar dan berakhir menjadi debu.

Semua kerja sama dibatalkan begitu saja, termasuk  endorse-an. Bahkan, pengikut sosial medianya mendadak turun drastis. Parahnya, ia meluapkan emosi dengan melempar barang-barang ke cermin.

Ponsel yang tergeletak di atas meja rias membuat matanya tak sengaja membaca kembali komenan warganet.

"Muka bulat kayak gitu sok cantik!"

"Modal filter doang kok bangga?"

"Rupa-rupanya Karina orang yang jahat, ya. Masa pengemis yang cuma minta sedekah diusirnya? Untung ada yang videoin. Oh ya, aku juga dengar kalau Karina punya adik yang waktu itu dikata pembantu. Duh, jahat banget, masa adik sendiri dikata pembantu?"

"Idikhhh, najis banget gue lihat ni selebgram yang sombong amat!"

"Ekh, Karina. Dari pada lu dengar kritikan haters, mending lu open BO, wkwkwk."

"ARGGGGHHH! Kenapa bisa jadi gini?!" 

Karina terjatuh duduk di lantai. Punggungnya ia sandarkan di sisi kasur. Kakinya dilipat di dada lalu dipeluknya. Pun kepalanya dibenamkan sembari terisak.

Keadaannya berantakan. Kamarnya pun sama kacaunya dengan dia. Ia mencoba menelepon teman-temannya tapi tak ada yang membalas, bahkan ada yang menolak mentah-mentah. Walaupun ada yang mengangkat panggilan Karina, ia akan bungkam ketika temannya tak mau berteman lagi dengannya.

Sedetik kemudian, Karina meremas ponselnya dan segera membanting ke lantai. Berakhirlah ia memerosotkan tubuh. Yang kini ia lakukan ialah menangis dalam diam.

Ketika hening menyelimuti, membiarkan suara tangis seorang gadis memenuhi satu ruangan, ketukan pintu dapat Karina dengar. Ia mengangkat kepala dengan muka kesal bercampur sendu.

"Kak Ka-rina? Ka-kak ... ba-baik-baik, saja?"

Tangan Nino yang bertugas mengetuk pintu menggantung di udara sembari menunggu jawaban sang kakak. Sementara kepalanya tertunduk menahan segala sakit di tubuh. Nino yang kacau, sudah kembali.

Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang