41¦ Sa-sakit ... maaf, Ayah

3.2K 280 29
                                    

Holaa gengsss 👋👋👋💟

Pada Nungguin, yaaa? 👀

Makanya, follow dulu Author-nya biar tau info kapan update cerita, hehe:)

Btw, apa kabar nih?

Italic/tulisan miring= masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Italic/tulisan miring= masa lalu

Selamat membaca, frenn
Baca sampai akhir ya 🙏🙏🙏

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Gelapnya menyelimuti cakrawala. Hatinya bagai botol kosong. Tak ada yang mengisi. Bahkan sebutir debu enggan menetap. Ya, seperti itulah hatinya sekarang.

Kini, ia tengah memandang bintang-bintang di langit. Entah kenapa, mau seberapa sejuknya udara yang menerpa tubuh, itu semua tak dapat melunturkan segala kegundahan.

Akhirnya dia mengembuskan napas. Tetap dengan raut datarnya, Andre memutar balik kursi roda. Mendekati kasur guna mengistirahatkan tubuh mengingat malam mulai larut. Namun apa daya, sebelum merebahkan diri di atas kasur ia malah melihat beberapa piagam kejuaraan serta medali di atas nakas. Benda-benda yang pernah ia capai itu sungguh dipajang mewah.

Semula raut wajah Andre dingin. Detik berikutnya, ia mendecak pelan. Tertawa kecil terus berkata, "Buat apa semua ini kalau aku tetap diabaikan? Ck, tidak berguna!"

Emosi Andre melonjak tatkala matanya menatap lekat piagam, foto, dan medali kemenangannya itu. Tahu-tahu ia mengepal kedua tangan kemudian dengan cekatan menyimpan benda-benda tersebut ke dalam laci.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Malam yang menyejukkan cukup menyamankan tiap manusia untuk mengistirahatkan tubuh. Lain halnya di satu tempat. Di mana masih ada beberapa orang yang tengah sibuk bekerja di gedung besar itu. Sibuk merawat beberapa orang sakit.

Di satu kamar, seorang pria berkemeja hitam tengah duduk di sisi ranjang seseorang. Orang yang ditunggu masih lelap, belum mau membuka kelopak mata. Sedangkan pria tadi, memaksa agar terbangun terus meski benda bundar di dinding menunjuk pukul 22:58 malam.

Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang