Suara klakson mobil yang parkir di depan rumah membuyarkan Nino yang sedang asik mengerjakan tugas sekolah. Dia mengintip dari jendela berhubung kamarnya ada di atas. Bergegas turun ke bawah kala tahu kalau Ayah dan Ibu serta kedua saudaranya baru pulang.
Bukannya senang atau bahagia, raut wajah Nino seketika sendu saat orang tuanya malah menyuruh untuk mengambil barang-barang di mobil. Bahkan Karina kakaknya dan Andre abangnya malah mendelik kesal saat melewatinya. Huh, kebiasaan!
Usai memindahkan barang-barang yang amat banyak dari mobil ke rumah, Nino bergabung ke meja makan ketika melihat keluarganya mau makan malam.
Nino menyapa mereka. Namun mereka tak acuh, seolah menulikan indra pendengaran mereka. Lebih asik berbincang tentang kesibukan masing-masing. Terlebih membicarakan prestasi-prestasi yang diraih Karina dan Andre. Lagi-lagi Nino menghela napas lalu mendaratkan bokong di kursi.
"Ma, aku boleh minta nasi itu, gak?" Nino menyodorkan piring. Berharap jika sang ibu akan mengisikan gumpalan nasi ke piringnya. Tapi tidak, sang ayah malah menyela, "Kamu, kan, udah besar, udah SMA lagi! Jangan manja gitu! Ambil sendiri!"
Kepala Nino menunduk, tetapi dia mendongak ketika ibu berbicara kepada kakak dan abangnya, dan lebih parah lagi, hati Nino teriris kala ibunya mengisikan gumpalan nasi serta lauk di piring Karina dan Andre. Padahal saudaranya itu sangat dekat dengan makanan, kenapa jadi mereka yang dimanja?
"Ma, ke-kenapa Mama ngi-ngisi piring Kak Karina sama Bang Andre? Kenapa aku tidak?"
Ibunya berdecak malas, memutar bola mata sebal terus berucap, "Wajar jika aku memberi mereka makanan dan mengisikan piring mereka. Mereka berprestasi, pintar, digemari lagi. Lha kamu, apa yang bisa kami banggakan, hah? Kau itu beban keluarga di sini! Syukur kau sudah kami tampung!"
Andre dan Karina tertawa kecil. Mereka berdua masih belum puas. "Udah, Ma. Kasihan dia. Anak cupu mah gitu!" Andre mengangguki pernyataan Karina.
Lagi-lagi Nino menunduk. Tubuhnya berkata menangis saja, tapi otaknya berkata tak boleh cengeng. Meski matanya ingin menitikkan sebuah cairan, sebisa mungkin dia tahan. Kupingnya semakin panas saat si Ibu berkata, "Sini, Mama tambahkan ayam goreng ke piring kalian, Andre dan Karina!"
Begitu senang mereka yang dimanja. Nino? Dia tidak ingin dimanja. Hanya ingin diperhatikan sedikit. Mustahil jika ada yang memberikannya kasih sayang. Entahlah, antara emosi dan sedih, menyatu saling adu. Mata yang berkaca ingin menangis, sedangkan tangannya, mengepal keras ingin marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]
Fiksi Remaja"Aku hanya ingin tidur ... tidur selamanya bersama Bunda." "Berani baca kisahku?" _ _ _ _ _ _ Aku Nino, cowok berkacamata yang selalu memakai jaket. _ _ _ _ _ _ Tekanan hidup membuatku depresi dan berakhir menyakiti diri sendiri. Bukan hanya sekal...