43¦ Dua Jiwa

1.9K 203 8
                                    

Annyeong, hola, hai hop pop gengss👋👋

Rindu ya????

jangan rindu. Berat. Biar dia saja ...

Hehe,

Follow dulu dongs authornya biar tahu info kapan update cerita, hehe:")

Follow dulu dongs authornya biar tahu info kapan update cerita, hehe:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Italic/tulisan miring= masa lalu

Selamat membaca^^
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Ufuk yang melukiskan jingganya, masih betah membasahi bumi dengan derasnya hujan. Di satu rumah, seorang lelaki tengah cemas. Menelepon beberapa orang dan berakhir dengan helaan napas.

"Akh, gak ada di situ ya? Ya udah, makasih ya, dek," kata David kakaknya Lea, setelahnya ia menutup telepon rumah.

Sesudah mulutnya mengembuskan napas, David mendekati jendela. Melalui jendela kaca rumahnya itu, David bisa melihat jalanan becek, juga hujan deras yang tak ada hentinya.

David menutup jendela tersebut dengan gorden. "Hah, ke mana Lea? Jam segini belum pulang juga. Apa ada kerja kelompok? Tapi kenapa dia gak ngabarin?"

Lamunan David buyar ketika suara ketukan pintu mendarat halus di gendang telinganya. Tanpa berpikir panjang ia segera membuka pintu.

Sontak David membulatkan mata di saat adiknya Lea berdiri di depan dengan keadaan menggigil. Adiknya itu memeluk tubuhnya sendiri.

Lantas, David segera menyuruh Lea masuk. Namun, tak ada tanggapan dari sang adik. Adiknya itu bergeming. Sehingga David mengerutkan dahi. Terlebih penasaran dengan wajah Lea yang begitu pucat.

"Lea, kamu ke--"

Seketika gadis tersebut menutup mata dan ambruk ke dalam pelukan sang kakak. Bisa David rasakan suhu tubuh Lea meningkat.

"Ya ampun, kamu demam?"

"Ya ampun, kamu demam?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



David membawa keluar segala baskom dan kain yang ia gunakan saat mengompres Lea. Setelah adiknya merasa baikan dan beristirahat di kamar, David kembali masuk. Mendaratkan bokong di tepi kasur sembari mengamati wajah pucat sang adik.

Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang