34¦ Dusta yang Mematikan

1.2K 172 17
                                    

Hola gengsss 👋👋

Nungguin ya?

Makanya, di-follow Author-nya biar tau kapan update. Hehe :)

Selamat membaca _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _  _ _

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _  _ _

Cakrawala itu indah. Ditaburi bintang yang kerlap-kerlip, juga rembulan yang mampu mendamaikan tiap mata yang memandang. Seperti Lea yang sudah selesai membeli roti dari minimarket.

Begitu membayar dan keluar dari pintu minimarket sambil menggandeng plastik berisi makanannya, Lea mengeratkan jaket hoodie-nya. Udara malam memang sejuk, hampir menusuk tulang. Tak lama, kakinya melangkah. Berjalan di tepi jalan sembari memandang langit.

Namun, baru saja kedamaian hati ia dapatkan, lututnya terpaksa mencium aspal sewaktu sepeda motor dengan kecepatan tinggi menyenggolnya. Tentu Lea jatuh.

"HEIII--! AWWW!" Ingin dia berontak dan protes, tapi rasa sakit menjalar ke seluruh kaki. Bahkan, pengendara sepeda motor itu seolah buta. Main kabur saja.

"Aaakhh! Aduh-aduh, sa-sakit ...." Sedikit darah yang bercucuran menambah kadar kesakitan di kaki Lea. Membuat ia sulit bangkit. Dan sekalinya bisa berdiri, ia akan terjatuh. Belum lagi keadaan di sekitar minimarket dan tepi jalan sangat sepi orang.

"Totalnya tiga puluh ribu tujuh ratus, Dek."

Di waktu bersamaan, seorang lelaki ber-sweater lengan panjang warna krem, tengah merogoh saku dan mengeluarkan lembaran penting. Kemudian memberikan ke kasir.

Usai mendapatkan belanjaannya, lelaki yang kacamatanya terlihat baru berjalan keluar. Akan tetapi, langkahnya terhenti begitu saja di ambang pintu sesaat melihat seorang gadis disenggol pengendara sepeda motor ugal-ugalan. Membuat ia terpaku di tempat, tapi tak lama, badannya gercep berlari ke tempat kejadian. Tak sadar akan belanjaannya yang jatuh.

"Duh, untung gak parah banget. Tapi sakit bangettt, ssshhh ...."

"LEA!"

Gadis itu mengangkat kepala. Mengerjapkan mata ketika mendapat wajah cemas seorang tuan berkacamata. Sontak matanya membola sedikit ketika sadar siapa yang datang.

"Ni-no?"

Lelaki yang Lea sebut Nino berjongkok. Memperhatikan luka tak parah di lutut gadis itu. Kembali ke minimarket dan membawa beberapa obat serta kapas saat kembali ke tempat Lea duduk.

"Ni-no ... ga-ga-gak usah. Lukanya gak parah kok, cuma sedikit darah aja. Nanti aku obati pas di rumah."

Tepat saat tangan Nino hendak membersihkan luka Lea dengan kapas yang ditetesi alkohol, Lea bungkam. Agak takut di waktu tatapan tajam Nino tertuju padanya.

Tak membutuhkan waktu lama, Nino menghela napas. "Dari kecil bisa jadi besar. Kalau lukamu ini tidak diobati, bisa infeksi!"

Sejenak keheningan menyelimuti. Remaja perempuan itu sepertinya sudah tenang. Ia membiarkan tuan kacamata itu membersihkan lukanya. Namun, desisan kembali terdengar dan Nino berkata agar Lea menahannya.

Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang