12¦ Aku hanya ingin dianggap

1.6K 230 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa

Komen ✔

Vote ✔
Masa dah baca gratis susah amat buat nekan bintang?

Hehe, selamat membaca :)
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _


Ruang tempat menjual makanan dan minuman dipenuhi oleh murid yang berantusias membeli makanan pada ibu kantin. Bahkan ada yang sampai teriak tanpa malu agar ibu kantin memenuhi permintaannya.

Sementara itu, di pojokan kantin, tiga murid lelaki sedang asik menyantap makanannya sambil bersenda gurau. Dua lelaki yang sama bentukannya, dan satu lelaki bertubuh gendut dengan kancing baju dibiarkan terbuka. Untung memakai kaus di dalam sebagai lapisan.

"Josua, kau serius ingin merundung si banci cupu itu?" tanya Sintong sehabis mengupil, membuka pembicaraan selepas membicarakan hal lucu dan hal yang disukai para pria pada umumnya.

"Ikhhh, bisa tidak kau jangan mengupil? Aku jadi tidak mood menghabiskan makananku!" sindir Santo.
Santo memperagakan mulutnya seolah ingin muntah. Sedangkan Sintong menyengir tak jelas.

Josua menarik senyum kecil. "Aku tidak merundungnya. Hanya memberi pelajaran saja supaya dia gak dekat lagi dengan Luna."

"Ouwh, jadi karena Luna kau membully Nino, ya? Kau tidak ingin lelaki berkacamata itu mendekati Luna?" tebak Santo. Josua sendiri mengedikkan bahu sembari melontarkan senyum tipis tak berarti. Ia tak membalas lagi, melainkan melanjutkan menyantap jajanan yang ia beli.

"Santo, aku haus, boba-mu bagi sedikit, ya?"

Belum juga dapat izin, Sintong mengambil minuman "boba" milik Santo dan menyeruputnya hampir habis.

"Heh, katamu sedikit, tapi ini sangat banyak, padahal aku belum meminumnya sedikit pun!" protes Santo. Namun, Sintong malah cengengesan.

"Simpan emosimu untuk bermain dengan anak lemah, Bung." Sintong menepuk-nepuk pundak Santo yang mendengkus kesal.

Di satu sisi, di sela-sela penghuni sekolah menghabiskan waktu di kantin atau di dalam kelas untuk bergosip, seorang lelaki dengan jaket hitam berlengan panjang yang membalut tubuhnya, tengah sibuk membaca buku di perpustakaan.

Walau matanya fokus ke buku bacaan, tapi pikiran Nino melayang-layang entah ke mana. Dari tampang mukanya, sudah bisa dipastikan ia tengah berpikir. Seolah kepalanya memutar kejadian satu hari lalu.

***

"Uhuuuk, uhuuuk!" Nino mengibaskan tangan kala ia membersihkan kamar. Debu yang tak terlalu banyak hampir membuatnya bersin.

Matanya beralih tatap pada tumpukan buku lama. Sejenak berpikir mau dikemanakan buku-buku ini, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menaruh tumpukan buku itu di gudang.

Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang