Hola gengsssUdah pada follow Author-nya belum?
Follow dulu gih kalau belum. Aku tungguin lhoKalian orang pelit?
Ya udah, kalau bukan orang pelit
Vote dan komennya kakak :)Selamat membaca
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Lea membopong tubuh Nino yang terluka menuju UKS. Berniat mengobati, akan tetapi, ruang kesehatan itu tertutup.
Tak butuh waktu lama, Lea membawa Nino ke taman sekolah. Mendudukkan lelaki itu dengan pelan, menyuruhnya untuk menunggu sebentar lalu mengeluarkan kotak P3K dari tasnya. Kebetulan Lea membawa kotak obat itu.
Tubuh yang lemah tak berdaya, seolah energi terkuras habis, membuat Nino pasrah dengan Lea yang akan mengobatinya. Matanya bisa menangkap pergerakan Lea. Gadis itu meneteskan alkohol di kapas, setelahnya duduk di samping Nino guna membersihkan luka di bibir lelaki itu.
"Tahan ya!"
"Akkh ...," ringis Nino. Lea jadi cemas kalau begini. Tak sanggup melihat Nino kesakitan. Iba melihat hidup Nino yang susah.
Usai menyapu sisa-sisa darah, Lea mencelupkan cotton bud ke betadine, lalu mengobati luka Nino. Syukur lukanya tak parah. Jadi, Nino tak perlu mendapat perban.
"Sudah selesai," Lea mengemasi kotak P3K, "apa perutmu sakit? Soalnya aku lihat perutmu ditendang tadi."
Nino menggeleng walau ringisan kecil sempat terlontar. Ia mencoba duduk dan dibantu Lea tentunya.
Canggung, itulah suasana yang menyelimuti mereka. Kedua insan itu menatap ke depan tanpa ada yang mau membuka pembicaraan. Nino sibuk menahan sakit, sedangkan Lea bingung mau bicara apa.
"A-apa, harimu menyenangkan, Nino?" Lea membuka percakapan, berniat mencairkan suasana meski rasa canggung mungkin menerka jiwa dan raga.
Bisa Lea dengar helaan napas dari lelaki berkacamata ini. Ia lirik Nino yang sepertinya akan bicara.
"Entahlah, mungkin hidupku tidak ada spesialnya, bahkan tidak ada yang menyenangkan." Kini, Lea menatap lekat Nino.
"Belakangan ini, hidupku mungkin melelahkan, mungkin kesepian, mungkin penuh derita. Dan aku yakin 100% tak akan ada yang bertanya, 'apakah kau baik-baik saja?'"
Pikiran Lea bekerja keras. Memikirkan apa maksud perkataan Nino. Sungguh, otaknya sedang tak bisa diajak kerjasama.
"Akh, melelahkan." Nino tertawa miris, seketika membuyarkan lamunan Lea. Gadis itu hanya mampu berdiam diri menunggu kelanjutan.
"Oh ya, ini jam berapa? Jam tiga sore, ya?" Lea mengangguk ragu. Kenapa Nino bertanya seperti itu?
Nino manggut-manggut kecil. Lantas menggandeng tasnya, tak lupa berpamitan pada Lea. Gadis itu memohon agar bisa mengantar Nino. Namun, Nino tetap kukuh pada pendiriannya, dengan dalih tak mau merepotkan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]
Ficção Adolescente"Aku hanya ingin tidur ... tidur selamanya bersama Bunda." "Berani baca kisahku?" _ _ _ _ _ _ Aku Nino, cowok berkacamata yang selalu memakai jaket. _ _ _ _ _ _ Tekanan hidup membuatku depresi dan berakhir menyakiti diri sendiri. Bukan hanya sekal...