Holaaaa 👋👋
Pada nungguin, ya?
Makanya, jangan lupa follow authornya supaya tau info kapan update. Oke?
Hehe, gak maksa juga kok
Semoga suka ya dengan part kali ini^^
Italic/tulisan miring= masa lalu
Selamat membaca
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Kilatan listrik menggelegar di udara, cukup membangkitkan gemuruh langit malam. Perlahan cakrawala menukik bumi dengan rintik-rintik air. Langit seolah tahu, ada hati yang rapuh.
Di rumah sakit tepatnya di suatu ruangan, seorang pria tengah berdiri. Menyandarkan punggung bagian kanan dan dahinya di pintu. Sambil sesekali melihat seseorang di dalam ruangan itu, pria tersebut memejamkan mata. Menahan agar tangisnya tak pecah, tapi itu semua sirna.
Butiran demi butiran air mata mulai melintasi pipi. Bahunya bahkan bergetar hebat. Menatapi seorang yang tengah terbaring lemah melalui pintu kaca itu. Seorang yang ditemani beberapa perban dan alat medis.
"Ma-maafkan ayah, Nak ...," lirihnya tertahan. Refleks telapak tangannya meraba kaca.
Seorang suster datang. Memecah kesunyian lantaran hendak masuk ke ruang Nino dirawat. Suster tersebut menyuruh pria itu agar menyingkir. Namun, pria alias Ayah malah menanyakan apakah ia bisa menjenguk anaknya atau tidak.
"Maaf, Pak. Untuk saat ini pasien belum boleh dijenguk. Mengingat kondisinya belum sepenuhnya pulih setelah mendapat perawatan. permisi," balas si suster dengan berakhir masuk ke dalam ruangan setelah Ayah Nino menyingkir. Ayah hanya bisa menatap sayu
Beberapa orang lewat. Mereka menaruh atensi terhadap Ayah lantaran melihat pakaian pria itu kacau dan terdapat noda merah. Ayah bodoh amat dengan orang-orang. Kini ia duduk di kursi tunggu. Menutupi wajah dengan kedua telapak tangan.
"Anastasia?"
"Hadir, Bu."
"Evi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruskah Mati? √PART LENGKAP [TERBIT]
Teen Fiction"Aku hanya ingin tidur ... tidur selamanya bersama Bunda." "Berani baca kisahku?" _ _ _ _ _ _ Aku Nino, cowok berkacamata yang selalu memakai jaket. _ _ _ _ _ _ Tekanan hidup membuatku depresi dan berakhir menyakiti diri sendiri. Bukan hanya sekal...