Selamat ulangtahun, bunda. Aku mencintaimu aku akan menjaga bunda selamanya. Dan bunda adalah bentuk terindah yang Tuhan ciptakan untukku. Terimakasih sudah melahirkan ku ke dunia ini. Akhirnya aku bisa dengan bebas menjalani kehidupannya ku dengan senyuman bunda yang indah itu. Selamat hari jadi bunda, maaf aku enggak bisa mengatakan secara langsung. Mungkin di saat bunda membacanya aku enggak bisa mengatakan apapun. Tapi sebagai gantinya aku tuliskan kata-kata seperti ini. Tulisan yang tulus sekali aku peruntukan pada bundaku. Sekali lagi selama ulang tahun malaikat tak besayapku.
Inara menghapus air matanya, tepat di hari ulangtahunnya Sebasta memberikan sebuah surat yang ternyata milik Sayan yang memang di buat untuknya. Baitan demi baitan sangat bermakna, Inara tersentuh sebab dia pernah di anggap kepunyaan seseorang.
"Bahkan saat telah kurelakan kepergian aku masih saja terus mengingatnya," lirih Inara memeluk selembar surat itu dan kembali menangis.
Setelah kehilangan Sayan dia seringkali menangis. Apalagi jika tidak sengaja menatap foto Sayan di ponsel anak itu. Ternyata dia memang tidak bisa ditinggalkan meskipun pernah berkeinginan untuk meninggalkan. Seharusnya Inara pandai menjaga sebab di dunia ini dia hanya punya Sayan sebagai kekuatannya. Kedua orangtuanya meninggal saat Inara membesarkan Sayan sendirian, dan kini Sayan meninggalkannya dan membuat Inara sendirian.
Meskipun tidak ada yang menyalahkannya setelah Sayan pergi. Tetap saja Inara sendiri yang menyalahkan dirinya. Sehingga Abin terus memintanya untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Semuanya sudah terjadi, tanpa sebuah niat namun berujung pada kenyataannya yaitu—kepergiannya untuk selama-lamanya. Adri pun mengerti sekarang, itu sebabnya dia tak akan kembali menyalahkan bundanya lagi.
Inara baru sadar jika dia hidup seburuk itu, apa sulitnya memberikan cinta pada putranya sendiri. Dan kenapa pernah mengabaikannya dalam banyak hal, jika dipikir-pikir lagi ternyata Inara banyak melakukan kesalahan.
"Bunda, selamat ulangtahun," ucap Adri yang kini belajar memaafkan Inara atas apa yang dilakukannya. "Sayan yang kasih tau aku bunda suka lukisan ini. Jadi aku membelikannya sebagai hadiah ulangtahun bunda. Dan Sayan yang merekomendasikannya, selamat ulangtahun sekali lagi."
Bahkan tanpa diberikan cinta dan diperlakukan baik, Sayan memerankan perannya dengan sangat ahli. Dia luar biasa, Inara seharusnya bangga memiliki seorang anak seperti Sayan.
"Maafkan bunda."
"Bukan salah bunda, jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada. Aku ingin Sayan menjadi anak bunda, dan aku adalah adik kembarnya. Semoga itu nyata," kata Adri tersenyum manis.
Kepergian seseorang tetap saja mengantarkan sebuah luka. Mau di paksa terbiasa pun tetap akan teringat akan segala penyesalannya karena memperlakukan dengan baik. Tapi, bagaimana pun juga yang telah ditinggal pergi harus tetap kuat. Itu sudah hukum alam, yang hidup pasti akan mati dan yang hidup harus merelakan kepergiannya.
Setidaknya juga Sayan merasakan perhatian dari bundanya sebelum didetik-detik terakhirnya. Itu tidak buruk, karena dia memperlakukan yang terbaik sepanjang kehidupannya di dunia ini.
Yang telah usai dengan tugasnya, dan menemukan tujuan hidupnya. Maka sudah sepantasnya diberikan ketenangan, dan memang semestinya tertidur lelap tanpa gangguan apapun.
"Sayan, kau sudah diberikan cinta dari bunda. Dan tenanglah di sana. Aku akan merindukanmu, dan terus mengenangmu kapanpun dan di manapun aku berada. Kau adalah kembaranku," kata Adri sengaja mengatakan kalimat sedemikian untuk menghibur dirinya sendiri karena masih saja merindukan seseorang yang telah pergi dari hidupnya.
Sudah keharusan, semuanya mesti di terimanya. Sayan pun baik-baik saja sekarang. Dia telah temukan kedamaian sesungguhnya.
TBC
Huaaa makasih karena selalu memantau book ku yang ini. Akhirnya setelah perjuangan panjang ku, bisa ending juga nih🎉🫂bangga juga aku. Terimakasih sama beberapa kesempatan dan waktunya untuk membaca ceritaku.Btw ini lukisan yang Sayan rekomendasi buat hadiah ke Inara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Berikan Cinta[✓]
Fanfiction𝐵𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛. 𝐻𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎...