Sayan selalu mendapatkan penolakan dari bundanya sendiri, seorang wanita baya yang mengandungnya selama sembilan bulan. Yang kemudian membiarkannya hidup dalam rasa sakit, enggan memperhatikan dan sengaja membuatnya terus kesakitan.
Pastinya semua itu selalu ada sebab dan akibat. Sayan dihadirkan ke dunia tanpa kemauan bundanya. Dalam kata lain, kesalahan Irana di masa mudanya. Itu menyebabkan Sayan tidak merasakan kasih sayang seorang ayah sejak dia dilahirkan hingga usianya beranjak remaja.
Namun, Sayan tidak memikirkan hal semacam itu. Dia sekedar berkeinginan agar bundanya mau memberikan cinta. Satu-satunya harapan agar Sayan percaya di dunia ini masih ada keadilan.
Irana selalu menyalahkan Sayan dalam setiap hal, paras wajahnya yang tampan tidak membuat Irana bangga telah melahirkannya. Irana berpikir, Sayan adalah bentuk paling tidak berperasaan karena membuat sebagian dari hidupnya hancur.
"Seharusnya aku aborsi dirimu saat ada di rahimku. Aku menyesal melahirkan mu ke dunia. Aku berharap kematianmu adalah akhir dari penderitaan ku."
Kalimat itu pernah terlontarkan pada Sayan, dia pun masih mengingatnya. Di setiap kali Irana merasa kesal dia selalu melampiaskannya pada Sayan. Banyaknya luka yang tercipta juga sudah dipastikan, jika Sayan benar-benar penuh akan pesakitan tapi tidak dapat mengatasinya sendirian.
Irana tidak bisa mengandung lagi, rahimnya terpaksa di angkat. Itu terjadi karena saat mengandung Sayan dia selalu mengkonsumsi jamu-jamuan untuk menggugurkan kandungan. Sayangnya tidak berhasil, dan mengharuskan rahimnya di angkat agar tidak terjadi komplikasi yang membahayakan dirinya sendiri.
Itu juga yang menyebabkan, Irana mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Adri. Cowok berkulit coklat yang sangat menjadi kebanggannya.
Sampai-sampai melupakan Sayan yang merupakan anak kandungnya sendiri.
"Adri di sekolah harus jadi anak yang nurut sama guru ya. Ingat jangan makan sembarangan, sana langsung masuk ke mobil ayah. Jangan lupa, di minum vitamin nya," pesan Irana pada Adri yang bersetatus sebagai anak adopsi nya.
Sementara Sayan, kalimat semacam itu tidak pernah tertuju padanya. Dia hanya selalu mendengar Irana mengatakannya untuk Adri bukan untuknya.
"Sayan gak papa kan?" tanya sang ayah tiri padanya.
"Gak papa, yah. Udah biasa."
Setidaknya masih ada Abin yang sentiasa memahami keadaan Sayan. Ayah tirinya itu, selalu di akui sebagai ayah kandungnya sendiri. Di sebabkan wajah Sayan hampir mirip dengannya, ini hanya sebuah kebetulan yang tidak orang-orang ketahui.
Sayan terlalu merahasiakannya, sampai-sampai semuanya pun beranggapan Sayan bahagia dengan kehidupannya saat ini.
"Ayah ayo kita berangkat," ucap Adri setelah masuk ke dalam mobil.
Dengan melajukan mobilnya, Abin menghela napasnya saat mengetahui raut wajah Sayan yang terlihat sangat menyedihkan. Pasti selama bertahun-tahun, Sayan berharap mendapatkan perlakuan yang sama. Karena di sini, yang anak kandung bundanya adalah dirinya sendiri. Bukan Adri.
"Sayan maaf."
"Lupakan," sahut Sayan, kalimat yang selalu sama di saat Adri mengatakan maaf karena mengetahui Sayan terluka sebab perlakuan bundanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Berikan Cinta[✓]
Fanfiction𝐵𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛. 𝐻𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎...