6 | bersungguh-sungguh

363 76 1
                                    

Banyak sekali kalimat-kalimat indah di dunia ini, hanya saja kalimat indah itu seringkali di anggap remeh. Orang-orang pun tidak lagi beranggapan kalimat dapat menyelamatkan nyawa seseorang, padahalkan kalimat sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang.

Seperti halnya ketika mereka tidak mampu percaya di dunia ini masih ada yang memperdulikannya. Dengan sebuah kalimat, dia pasti akan kembali di yakinkan. Bahwasanya kalimat benar-benar punya berjuta makna.

Sayan merupakan seseorang yang sangat membutuhkan kalimat indah tersebut. Dia menjadikan sebuah kalimat untuk membuatnya kuat, dan yang mau memberikannya kalimat-kalimat indah hanya Ragasa. Satu-satunya teman yang menatapnya dengan berperasaan. Dia lebih dulu tahu luka Sayan sebelum anak itu memberitahukan.

"Kenapa kita beneran harus ke rumah sakit coba? Hari ini seharusnya aku ke makam nenek sama kakek. Bukan pindah haluan ke rumah sakit, Sa aku pulang aja ya?" ucap Sayan yang berdiri dari duduknya karena dia tidak nyaman berada di tempat seperti ini.

Namun, dengan sigap pula Ragasa menahannya. Sembari menunjuk seorang dokter yang berjalan ke arah mereka, Ragasa mencoba untuk menyakinkan Sayan sekali lagi jika dia memang harus mendapatkan pemeriksaan.

"Dokter itu pamanku, jangan takut aku juga udah cerita ke paman tentang gejalamu. Dan semoga ada jalan buat kau sembuh," kata Ragasa.

Meskipun dia tidak mengatakan secara terang-terangan, Sayan tahu bahwasanya Ragasa menyembunyikan sesuatu darinya. Mungkin mengenai penyakit yang dia derita, barangkali kebenarannya sudah terungkap lebih dulu. Hanya saja Ragasa masih berusaha untuk memikirkan yang baik-baik saja.

Kemudian, Ragasa memaksa Sayan untuk masuk ke salah satu ruangan di rumah sakit itu untuk segera menjalani pemeriksaan. Satu-satunya harapan Ragasa, dia berharap Sayan tidak akan kenapa-kenapa.

Sayan sebenarnya sudah puluhan kali menolak ajakan Ragasa untuk pergi bersamanya ke rumah sakit. Akan tetapi, Ragasa justru mengancamnya. Jika dia tidak akan mau menegurnya lagi, saat Sayan kembali menolaknya yang entah akan jadi ke berapa kalinya.

Anak itu pun akhirnya terpaksa menuruti, tapi bukan hari ini juga. Semuanya terlalu tiba-tiba, Ragasa tahu dia berbohong. Namun yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikan Sayan sendiri.

 Namun yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikan Sayan sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alur hidup yang indah dan sempurna, sebenarnya tak pernah ada. Semuanya pasti bertentangan dengan luka, hatinya yang hancur dan harapan yang tak terwujudkan. Inilah bentuk sesungguhnya kehidupan, tidak ada yang benar-benar tentang kebahagiaan.

Sepulang nya dari rumah sakit, Sayan memutuskan untuk beristirahat di rumahnya saja. Padahal, Ragasa sudah memintanya untuk di rawat untuk beberapa hari. Tapi Sayan terus menolak, dengan beralasan masih banyak yang harus di kerjakan. Lagian yang di derita olehnya belum tentu diagnosis positif.

"Yan, dari mana aja? Aku khawatir lho. Telfon belasan kali enggak di angkat," ucap Adri yang menyembulkan kepalanya di ambang pintu milik Sayan.

"Bukan urusanmu, dan hak aku lah mau angkat telfon apa enggaknya. Kau enggak berhak buat itu."

Tolong Berikan Cinta[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang