15 | saat-saat membahagiakan

236 53 0
                                    

Sayan tidak pernah membayangkan dia bisa bertemu dengan ayah kandungnya. Seseorang yang pernah di rindukan, tapi tak terpikirkan akan kehadirannya dalam kehidupan Sayan. Mungkin karena Sayan pun terlalu sibuk mengharap cinta dari Irana, padahalkan cinta itu pun tak sepenuhnya benar-benar ada untuk Sayan.

Tapi sekarang setidaknya ada seseorang yang memberikan ketulusan padanya. Yang terus berada di sisi Sayan guna memberikan kekuatan, sehingga Sayan terus mengatakan akan berjuang demi kesembuhannya. Karena Sebasta berhak melihat kehidupan Sayan di kemudian hari akan jadi seperti apa. Sayan pun juga sangat berhak untuk kehidupannya sendiri, sesulit apapun itu dia tidak harus memilih untuk mati karena merasa tidak berguna.

Saat itu ketika Sebasta mencoba untuk lebih dekat dengan anaknya itu, dia tiba-tiba mengatakan penuh pengharapan untuk dijadikan seseorang yang pantas mendapatkan cinta. Rasanya Sebasta ingin menangis kala mendengarnya, ya bagaimana tidak. Sebab Abin memberitahukan padanya juga jika Sayan tak sekalipun dipedulikan. Itu tandanya bentuk cinta juga sama halnya, tak terasakan sehingga Sayan sangat membutuhkannya.

Sayan itu adalah seorang anak yang merasa takut untuk melihat bundanya yang begitu besar dia cintai. Sebuah ketakutan itu tumbuh ketika tidak mendapatkan perlakuan buruknya.

"Mulai hari ini, Sayan enggak usah takut lagi sama kehidupan ya. Ayahmu enggak bakalan meninggalkan Sayan, sekarang ayah cuma punya Sayan kok," ucap Sebasta mengelus-elus perlahan punggung tangan Sayan yang terbebas oleh selang infus.

Membahas mengenai Sebasta, dia dulunya pernah berkeluarga. Tapi karena ketidakcocokan hubungan Sebasta dulu dia harus terpaksa bercerai, yang kemudian hidup dalam kesendirian dan berharap seseorang menghampirinya. Sambil mengaku jika dia adalah anaknya, Sebasta sangat mengharapkan itu. Dan ternyata harapannya jadi kenyataan, sebab Sayan yang telah dinantinya benar-benar datang padanya.

Sebasta tidak perlu memikirkan banyak hal tentang anak tirinya yang pernah ditinggalkannya juga. Sebab setelah di cari tahu, kehidupan mereka sangatlah bahagia dari sebelumnya. Tidak ada salahnya Tuhan memisahkan mereka. Karena bagaimanapun juga Sebasta tidak bisa memberikan banyak cinta, serta perlakuan baik. Barangkali dia masih di hukum karena membiarkan Sayan kesakitan setelah sekian lamanya.

"Sayan enggak punya adek dari ayah?" Sayan tiba-tiba mempertanyakan hal seperti itu, yang membuat Sebasta tersenyum tipis.

"Ayah hanya memiliki Sayan untuk saat ini, karena ayah memang cuma punya Sayan," balasnya sambil menyentuh hidung mancung putranya itu. "Jangan bertanya tentang siapa anak kesayangan ayah karena jawabannya pun tetap aja Sayan."

Rasanya baru pertamakali ini Sayan mendengarkan kalimat indah yang diperuntukkan padanya. Ternyata, Tuhan memang benar-benar baik. Tuhan sangatlah adil meskipun Tuhan butuh waktu yang dasarnya senantiasa membuat manusia-manusia berkeluh kesah akibat terlalu lama menunggunya. Namun, pada akhirnya juga pun akan indah pula.

Sayan pernah tidak ada yang suara yang terdengar, hening dan terasa menyesak'kan. Jadi dia berpikir seperti ini rasanya di saat seseorang telah kehilangan semangatnya menjalani sebuah kehidupan. Nyatanya mengerikan sekali, beruntungnya juga Sayan yang telah lama bertahan menemukan titik bahagianya juga.

Dia pun tidak pernah berubah, masih tetap sama seperti yang pernah orang-orang terdekatnya kenal. Yang hilang darinya adalah kekuatan yang dimiliki untuk mempertahankan kehidupannya sendiri, dan ingatlah bahkan dia masih berada di tempat yang sama sekalipun terluka berkali-kali di tempat itu. Kini setidaknya lukanya pun sedikit demi sedikit dapat membaik.

"Ayah, jangan tinggalkan Sayan lagi. Sayan baru kali ini merasakan kehidupan karena diberikan cinta," tutur Sayan suaranya yang parau menjadikan sebuah kekhawatiran bagi Sebasta, sebenarnya bertemu kembali dengan anaknya itu merupakan kebahagiaan.

Tolong Berikan Cinta[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang