4 | keraguan pada kepedulian

480 106 0
                                    

"Sayan, aku tau kau tadi sempat mimisan kan? Kau sebenarnya kenapa juga nyembunyiin semuanya dari aku?!" ucap Adri yang sedikit kesal pada Sayan.

Seseorang yang sudah di anggapnya sebagai saudaranya sendiri, justru memilih untuk tidak mengatakan apapun mengenai luka nya. Entahlah apa yang sebenarnya sedang di rencanakan, tapi jika rasa sakit tidak dapat di bagi agar tak begitu menyakitkan. Apa salahnya Sayan mengatakannya, itu pun bisa membuatnya sedikit lebih baik.

Sayan menatap Adri tanpa berniat membalas perkataannya. Dia terlalu malas, dan tidak beranggapan itu penting. Lagian dari mana Adri mengetahui nya? Padahal dia sudah memberitahu Ragasa untuk tidak memberitahu siapapun. Termasuk—Adri karena yang Sayan hindari adalah kalimat kebohongan, bertentangan akan kepedulian.

"Kau enggak harus tau," sahut Ragasa menarik pergelangan tangan Sayan dan mengajaknya pergi.

Sontak dia di buat terkejut akan perkataan Ragasa padanya, bisa-bisanya dia mengatakan hal sedemikian. Sementara kemungkinan besar Ragasa hanya mengetahui sebuah fakta bahwasanya Sayan merupakan saudara kembarnya. Dan itu tidak menjadi sebuah pertanyaan, kenapa Adri harus mengetahuinya.

"Aku ini kembarannya, aku pun harus tahu!"

"Kau bukan kembaranku, Adri! Berhenti mengatakan kebohongan seperti itu. Aku muak melihatmu, aku membencinya," kata Sayan yang membuat Adri bungkam.

Alvin yang ada di sana, segera menepuk pundak Adri dengan sangat lembut. Si kembar itu seringkali bertikai dalam pertengkaran kecil, ini sebenarnya tidak perlu di jadikan masalah. Hanya saja barangkali Sayan sedang tidak baik-baik saja untuk membuat, perasaan hatinya damai.

Seseorang akan melampiaskan sebuah amarahnya, tanpa berpikir bagaimana perasaan orang-orang yang tidak bersalah mendapatkan pelampiasannya itu.

Saat langkah Sayan dan Ragasa mulai menjauh dari mereka. Adri menghela napasnya, mengalihkan tatapannya ke arah lain serta berjalan dengan sedikit tertatih. Dia benar-benar peduli, dia tidak bermain-main dalam kepeduliannya itu. Tapi, sebanyak apapun dia mengatakan kepeduliannya pada Sayan. Cowok tampan itu hanya bisa meragukannya.

"Adri?"

"Gak papa, nanti aku kasih tau bunda," lirih Adri tersenyum di balik kurvanya yang sedikit bergetar.

Luka yang di sebabkan oleh lisan memang amat menyakitkan. Si peluka biasanya tidak akan mengingatnya tapi yang terluka terus mengingatnya sepanjang masa.

Kalimat di atas tidak menyatakan Adri melakukan kesalahan pada Sayan. Itu mengenai keadaan yang seringkali di rasakan oleh Sayan dari bunda nya sendiri, wanita baya yang di harapkan selalu memberikan kalimat-kalimat baik penuh makna. Yang rupanya tidak memperdulikan bagaimana ucapannya melukai sang putra.

Rasa sakit yang datang menghampiri akan memberikan pelajaran yang tak dapat berarti sama sekali. Bagi Sayan, rasa sakit adalah hal yang paling di bencinya.

 Bagi Sayan, rasa sakit adalah hal yang paling di bencinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tolong Berikan Cinta[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang