11. patahkan hati

290 66 7
                                    

Dari awal memang Ragasa tidak tahu apapun tentang kehidupan Sayan. Dia bisa dikatakan tahu sebagian saja, dan benar apa adanya yang sudah Adri perjelaskan padanya. Ragasa tidak tahu semuanya yang sudah terjadi.

Kini dia benar-benar menyesal, sebab sudah menaruh kebencian pada Adri begitu luar biasa sekali. Seharusnya dia tidak bertingkah seperti itu, karena pada kenyataannya pun Adri tidak pernah berkeinginan membuat Sayan terluka. Dia ada sebab dia beruntung.

"Kenapa kau melamun?" tanya Kholik

Ragasa menggeleng lesu, karena biasanya dia tidak seperti itu. Jelas saja Kholik jadi keheranan, setahunya saja Ragasa adalah seseorang yang paling berisik. Hanya saja untuk hari ini, dan beberapa hari yang sudah berlalu. Kholik seperti kehilangan sosok Ragasa yang sebenarnya.

"Btw aku juga nggak liat Sayan, dia sakit?" tanyanya mencoba untuk membuka topik pembicaraan di antara mereka.

"Makanya jangan kebanyakan izin, temen sendiri bolak-balik sakit aja enggak tau."

Dikatakan seperti itu reaksi Kholik hanya sedikit terkejut, karena dia pun tidak tahu keadaan Sayan yang sebenarnya. Entah kenapa semenjak mendapati Sayan pingsan hal-hal tak teduga bahkan sering terjadi. Seperti Sayan yang izin sekolah dengan beralasan sakit.

Kholik yang di buat penasaran pun, pastinya akan mencoba bertanya. Lagian apa salahnya bertanya, dia juga teman Sayan sudah semestinya mengetahui keadaan teman sendiri.

"Sayan sakit apa?"

"Aritmia," jawab Ragasa apa adanya yang sudah terjadi.

"Benar-benar, Aritmia kok kayak nggak asing ya namanya? Kayak pernah denger."

saat mendengarkan penuturan Kholik yang menurutnya benar-benar mengundang gelak tawanya. Ragasa menepuk pundak anak itu cukup kuat, di tidak memahami apapun. Padahal dia seharusnya langsung peka.

"Penyakit detak jantung yang tidak normal, wajar dong kalo Sayan sering ngeluh sakit. Dan lebih parahnya lagi sampai pingsan."

Kholik sampai antusias mendengar penjelasan dari Ragasa. Dia tidak menyangka Sayan mengidap penyakit seperti itu, dia beranggapan Sayan pasti akan sembuh di lihat dari fisiknya yang kuat. Tapi itukan tidak pernah sesuai dengan kenyataannya.

Karena yang sebenarnya sedang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya juga. Ragasa hanya bisa mengatakan beberapa kalimat saja, setelahnya dia memilih masuk ke dalam kelas. Dan tidak sengaja berpas-pasan dengan Adri. Anak itu bahkan lebih kacau sekali, pasti dia lelah atas semua ucapan jahat yang terlontarkan untuknya.

Ragasa juga tahu ini kesalahannya. Dia sudah meminta maaf hanya saja dia berpikir. Kata maaf tidak sepenuhnya bisa mengubah apapun.

"Keadaan Sayan gimana?" Ragasa memberanikan diri untuk bertanya pada Adri.

"Besok udah boleh pulang ke rumah, tapi harus sering-sering kontrol ke dokter."

Usai memberikan jawaban mengenai saudara angkatnya itu, Adri masuk ke dalam kelas. Membuat Ragasa terdiam di dekat kelas sambil menatap ke arah lain, entah kenapa rasanya dia semakin merasa bersalah sekali. Salah karena membiarkan Adri sempat di salahkannya.

"Perasaan kau berbeda banget, Sa. Kayak bukan dirimu," kata Kholik menepuk pundaknya dan berjalan masuk ke kelas meninggalkan Ragasa, yang masih diam mematung di sana.

Kelak entah ada kesempatan atau tidak, Ragasa berharap semuanya bisa kembali tanpa saling menyakiti.

Sudah dipastikan Adri sebenernya sedang merenungkan dirinya sendiri. Tentang apa yang ingin dia pahami, nyatanya akan sulit di mengerti oleh orang lain. Mereka tidak akan mau mempercayainya, mereka akan lebih percaya pada pendapat nya sendiri.

Tolong Berikan Cinta[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang