Jika Sayan baik-baik saja, maka itu adalah sebuah kebohongan. Dia sedang kesakitan, dan dia tidak pernah bisa sembuh. Rasa sakitnya justru berlipat-lipat ganda, tidak dapat diperjelaskan tapi dapat terasakan oleh dirinya sendiri.
Berkali-kali di usahakan untuk tetap kuat, maka yang ada hanyalah sebuah pertaruhan antara bertahan atau tidaknya.
"Kau kenapa? Ada yang sakit. Dari tadi diem aja terus," ucap Ragasa mendapati Sayan yang terus-terusan melamun beberapa saat terakhir. "Kalo ada apa-apa itu cerita, bukannya di pendam sendirian."
Adri menoleh saat Ragasa mengatakan itu pada Sayan, dia pun mencoba mendekat. Merangkul bahunya, dan sesekali memberikan usapan lembut. Adri itu akan terus menganggap Sayan sebagai kakaknya, tidak peduli apapun yang terjadi sekalipun semesta tidak mengizinkannya.
Menjadi dewasa kemungkinan masalahnya akan semakin memberat. Tapi, untuknya tak perlu jadi dewasa terlebih dulu. Sebab keadaan telah memberikan masalah yang tak ada habisnya sebelum dalam tahap pendewasaan diri.
Awalnya Adri tidak tahu apa-apa kenapa Sayan jadi sediam itu. Namun, di detik berikutnya dia tidak sengaja mendapati Sayan menyembunyikan sesuatu di balik genggaman tangannya. Saat dia meminta diperlihatkan apa yang sedang disembunyikan, Sayan justru menolaknya.
Yang dipikirkan oleh Ragasa mungkin Sayan hanya bercanda. Dan dia pun ikut memaksa agar Sayan mau memperlihatkannya dengan mudah, saat Ragasa dapat mengambil alih sesuatu yang disembunyikan oleh Sayan. Seketika mereka langsung terdiam, keadaan jadi sangat hening karena hal tersebut. Ya, bagaimana tidak. Ternyata Sayan menyembunyikan foto milik Adri bersama bundanya, padahal foto itu sudah Adri simpan di saku bajunya tadi.
Kemungkinan foto itu pasti terjatuh, dan Adri tidak menyadarinya. "Maaf, Sayan. Aku juga enggak berniat kau ngeliat foto itu," lirih Adri merasa sangat bersalah dengan apa yang telah terjadi.
Sayan cepat-cepat menggelengkan kepalanya, dia tidak mengira Adri melakukan kesalahan. Bahkan di tingkat salah sama sekali, foto itu pun bukan bentuk dari sebuah permasalahan. Lagian Sayan sudah sadar diri dengan kehadirannya.
"Bukan salahmu, enggak apa-apa."
Ya mungkin Sayan memang tidak kenapa-kenapa melihat foto Adri bersama bundanya. Tapi jangan tanyakan seberapa hancurnya hati dan perasaannya saat ini. Nyatanya Sayan memang tidak akan baik-baik saja karena hal tersebut.
Ada banyak hal yang pastinya tidak sesuai dengan keinginannya. Dan kemudian yang menjadikan kebencian akan sebuah harapan untuk mengusahakannya juga.
Jika memang hasilnya tidak seberapa, sudahlah Sayan seharusnya menyerah. Yang diperjuangkan tidak pernah memuaskan. Sedari awal Sayan sudah diharuskan juga menyerah terlebih dulu. Dan menyatakan lelah dalam pertahanannya.
Merasa keadaan semakin canggung beberapa menit setelahnya. Ragasa mencoba mencairkan suasana, dengan cara mengajak Sayan serta Adri berfoto bersamanya. Walaupun ini juga cara yang tiba-tiba, setidaknya mereka bisa saling mengukir senyuman satu sama lain. Ternyata Ragasa pandai juga membuat keadaan sedikit lebih membaik dari sebelumnya.
Meskipun sebagai sesuatu yang telah di sia-siakan. Tak akan di harapkan untuknya di anggap berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Berikan Cinta[✓]
Fanfiction𝐵𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛. 𝐻𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎...