Adri segera duduk di dekat Ragasa, anak itu baru saja datang dan tampak jelas raut wajahnya yang panik. Dia mungkin sudah mengetahui sesuatu yang telah terjadi sebenarnya. Bisa jadi Ragasa sudah tahu terlebih dulu karena pamannya pun seorang dokter di rumah sakit tersebut.
"Tentang Sayan---"
"Aku tau, Sayan memang penderita Aritmia. Apa kalian enggak ada niatan buat dia sembuh?" kata Ragasa yang seakan-akan menyalahkan Adri.
Adri lantas terdiam, sebenarnya juga dia sudah sangat lelah terus di salahkan. Namun, dia tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan semuanya. Menjelaskan sesuatu pada orang-orang itu adalah hal yang menyebalkan.
Tidak ada yang mempercayainya, mereka hanya bisa menyalahkan Adri karena beranggapan dia berbahagia di balik penderitaan Sayan.
"Aku di sini juga sedang berusaha membuatnya sembuh. Ragasa kau memang paling dekat dengan Sayan tapi kau nggak tau segalanya, aku malas menjelaskan apa yang telah kulakukan selama ini. Tapi setelah aku memilih diam, nyatanya itu membuat keadaan semakin memburuk. Kau terus menutupi sisi baik dari diriku ini, aku melakukan apa yang aku bisa bahkan lebih dari itu," ujar Adri sedikit menggigit bibirnya karena dia sudah di buat kesal.
Ragasa diam saja dia tidak membalasnya dengan kalimat apapun. Membenarkan perkataan Adri yang sebenarnya memang terlalu mengandung sebuah kenyataannya. Ragasa egois, dia berpikir Adri berbahagia padahalkan Adri juga berusaha semaksimal mungkin.
Tidak ada juga yang menginginkan Sayan kelelahan, Sayan harus bertahan dan Sayan mesti di bertahan.
"Adri, ayah pulang dulu buat jemput bunda. Kamu di sini jagain Sayan ya," pinta Ayah tersenyum tipis terhadap Adri.
Anak itu mengangguk untuk mengiyakannya, berada dalam situasi sekarang memang terlalu sulit untuk bersikap biasa-biasa saja. Dan seketika Ragasa merasa menyesal karena perbuatannya sendiri.
"Maafkan aku."
"Bukan salahmu, Sa. Aku berharap di mengerti padahal aku sama sekali enggak pantas mendapatkannya. Tolong jaga Sayan, dia hanya ingin kau menguatkannya, bunda biar aku yang membicarakannya keadaan Sayan," sambung Adri melangkah pergi dari sana.
Saat kepergian Adri dari hadapannya, Ragasa semakin memikirkan letak kesalahannya itu. Sudah pasti Adri terluka, dia mengatakan banyaknya kata tanpa berpikir bagaimana perasaan Adri setelah mendengarnya. Pasti dia terluka, dan pasti dia tidak akan baik-baik saja.
Memang pada dasarnya pun jika seseorang mampu memberikan luka dia tidak akan menyadarinya. Dia melakukan apa saja yang di sukai, dan kemudian baru menyadari ketika di berikan penegasan.
Ragasa menyesal sekarang, dia tahu ini pun bisa dikatakan terlambat. Tapi dia akan berusaha menjadi seseorang yang baik untuk Adri juga, karena Adri adalah adik sayan meskipun entah dengan kenyataannya.
Setibanya di rumah, Abin segera masuk ke dalam rumah tersebut. Menatap Irana yang mengigiti kukunya karena dia tiba-tiba mengkhawatirkan Sayan.
"Sayan sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Berikan Cinta[✓]
Fanfiction𝐵𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛. 𝐻𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎...