Saat Sayan sudah tiba di rumahnya, Adri dengan cepat menarik pergelangan tangan anak itu. Sayan sempat tersentak kaget dan menatap tajam ke arah Adri, dia tidak paham betul maksud Adri saat ini. Dia melakukannya secara tiba-tiba saja.
Kesal karena diperlakukan sedemikian Sayan pun menghempaskan tangan Adri yang sempat mencengkeram nya.
"Maksud kau tuh apa?!" seru Sayan tak terima.
"Aku tau kau enggak pernah memintaku buat peduli, tapi Sayan kita ini udah sama aja kayak saudara. Aku di sini dan aku adalah adekmu! Kau enggak sekalipun meminta tapi bunda membuat kita dalam ikatan yang sama," jelasnya dengan tatapan paling sendu.
Sedangkan Sayan reaksi saat mendengar penuturan Adri padanya, hanya biasa-biasa saja. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi, mungkin dia sudah lupa caranya bereaksi atas segala perlakuan semesta yang terlalu banyak bercandanya.
"Lalu kau mau apa?"
Suara dingin dari Sayan membuat Adri bungkam, dia bukannya takut namun tiba-tiba rasanya sangat berbeda. Sayan seakan-akan tidak peduli lagi, dia barangkali tidak membutuhkan apapun darinya. Karena sudah terlalu hancur tidak ada yang bisa di perbaiki meskipun dengan perlahan.
Seandainya masih ada sedikit cinta sudah dipastikan lelahnya akan berkurang. Bukan sebuah kematian yang ditakutkan melainkan tidak mendapatkan cinta sampai kematian itu tiba.
Sayan tidak pernah tahu kapan dia akan mati, dia hanya berkeinginan agar Tuhan berbaik hati padanya. Diberikan kesempatan untuk merasakan perihal cinta walaupun hanya sebentar saja.
"Aku capek aku mau istirahat, jangan ngebahas tentang apapun," lirih Sayan menubruk tubuh Adri yang berada di hadapannya.
Lantas anak itu tidak melakukan apapun, masih diam membatu di tempatnya. Sayan kemungkinan besar sudah sangat kelelahan, alasannya untuk bertahan agar mendapatkan cinta tapi tidak ada cinta yang singgah sebentar saja untuknya.
Hal ini justru membuat Adri bersedih dia tahu bukan siapa-siapa melainkan orang asing bagi kehidupan Sayan. Namun, mengingat sekarang dia adalah seorang anak dari wanita baya yang merupakan bundanya Sayan. Sudah pasti dia pun bagian dari mereka sama halnya dengan Sayan.
"Adri, kamu ngapain di situ? Terus tadi bunda denger kamu bentak siapa? Kamu berantem lagi sama Sayan," kata Irana meletakan nasi goreng di atas meja makan untuk makan malam hari ini.
"Enggak kok, bun. Oh iya bunda hari ini masakin spaghetti saus tomat ya."
Irana tersenyum mendengar permintaan dari Adri, dia senang karena bisa jadi permintaan Adri adalah sebuah makanan kesukaannya. Setelah sekian lama akhirnya Irana akan tahu masakan kesukaan dari putranya itu.
Namun tiba-tiba dia teringat akan sesuatu, "bukannya Sayan juga suka spaghetti saus tomat?" tutur Irana yang kemudian menjadi lesu.
Sayan dan Adri memiliki kesukaan yang sama, sebenarnya tidak masalah hanya saja Irana sudah berkeinginan untuk tidak memberikan apapun untuk Sayan. Dia malas jika Sayan berpikir dia telah di spesial kan, tapi mengingat jika ini keinginan Adri dia pun harus melakukannya.
Ternyata berharap mendapatkan cinta dari seseorang yang tidak berkeinginan menghadirkannya ke dunia, jauh lebih sulit ketimbang mengharapkan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Berikan Cinta[✓]
Fanfiction𝐵𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖ℎ𝑎𝑛. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛. 𝐻𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎...