8. Di Ruang Laundry

12.3K 154 8
                                    

Nessa dan Jeno akhirnya menyempatkan diri untuk bercinta setelah sekian lama "berpuasa". Jeno sungguh merindukan tubuh istrinya yang menggiurkan itu, meskipun sudah melahirkan Marco.

Nessa berulang kali mengatakan pada suaminya, bahwa keadaan tubuhnya tidak lagi sama seperti ketika belum mengandung putranya. Nessa bilang pada Jeno bahwa perutnya sudah bergelambir, dan juga bilang bahwa bentuk payudaranya tidak lagi indah.

Nessa mengkhawatirkan suaminya ku yang mungkin memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya.

"Memangnya kenapa dengan tubuhmu yang seksi ini? Tidak lagi indah, bergelambir, gendut? Aku tidak peduli." sahut Jeno tulus.

"Kalau aku sudah tidak menarik lagi aku yakin kau akan tertarik pada wanita lain."

Jeno menatap Nessa yang terlihat frustrasi dengan kondisi tubuhnya saat ini.
Jeno malah tergelak melihat istrinya yang kesal pada bentuk tubuhnya.

"Sabar, kalau Marco sudah tidak menyusu tubuhmu akan kembali seperti semula.  Uangku banyak, jadi tidak perlu khawatir oke? "

"Uang?"
Nessa teebelalak.

Memang uang Jeno banyak karena dia memang pebisnis yang sangat sukses, tidak mengejutkan jika uang suaminya itu sangat banyak.  Tapi apa hubungannya?

"Kamu bisa melakukan apa saja dengan uang."

"Ahhh... Itu."

Nessa baru saja mengerti. Ia mengangguk. Jeno tersenyum karena tidak menyangka Nessa ternyata masih polos.

"Kamu lupa, suamimu kaya raya?"

Mendengar suaminya berkelakar Nessa tertawa, Jeno meraih Nessa lalu kembali di cumbunya. Memcium bibir Nessa yang manis memang telah   menjadi candu untuk Jeno. Untuk kesekian kalinya di malam ini Jeno dan Nessa bercinta hingga akhir malam.

Keesokan harinya Nessa melihat Ismi mengangkat keranjang laundry dari depan pintu kamar mertuanya.

"Cuciannya banyak?" tanya Nessa sambil menggendong Marco di dadanya.

"Biasa bu, kalau Pak Senior di rumah cuciannya lebih banyak. Tapi nggak papa,  udah biasa." gadis itu tersenyum seperti memang sesuatu sering terjadi terhadap mertuanya. Nessa juga menanggapi dengan senyuman. Tiba-tiba saja membayangkan betapa panasnya pasangan suami istri itu jika sedang bercinta.

Beberapa menit kemudian Nessa menyusul ke meja makan untuk sarapan, bergabung dengan yang lainnya. Marco sudah tidur dan seorang pengasuh sedang menemaninya.

"Marco sudah tidur?" tanya Jeno.

"Sudah, maaf aku terlambat."

Nessa tersenyum pada semua orang. Semua orang berkumpul di rumah. Jeni bahkan terlihat mengajak Romeo untuk mengajaknya sarapan bersama.
Kedua mertuanya juga sedang sibuk mngunyah dalam diam.

"Sarapanmu sayang."
Jeno dengan penuh perhatian meletakkan roti yang di panggang,  kemuadian meletakkan tomat yang juga di panggang dengan bumbu ala inggris. Tidak cukup hanya roti, Nessa menuang sedikit kacang merah yang di tumis dengan bawang bombay. Sangat di maklumi Nessa perlu banyak makan karena sedang menyusui bayi laki-laki yang sangat rakus karena kuat menyusu.

"Maaf, aku makan banyak sekali." kata Nessa.

"Nggak masalah sayang, kamu harus makan banyak untuk memproduksi asi yang berkualitas. Makanlah yang banyak!" Lydia bersuara.

Lyon diam, sekilas dia melihat ke arah Nessa. Sejak menantunya itu memergoki cincin pernikahannya, Lyon merasa harus berhati-hati pada Nessa. Seprtinya Nessa akan mengawsi pergerakannya.  Astaga!

Affair  #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang