12. Kemarahan Lydia

3.3K 166 42
                                    

Rumah yang cukup nyaman meskipun tidak besar. Rumah dua lantai dengan halaman minimalis ini pasti cukup nyaman untuk di tinggali sepasang suami istri yang baru menikah.

Lydia menghela nafas panjang. Rasanya masih sakit dan sesak dalam dadanya. Rupanya kau maduku Desireee? Kata Lydia dalam hati.

Aku sungguh tidak menyangka kau ternyata jalang bodoh  yang suka menggoda suami orang. Yang benar saja, kau menyukai laki-laki tua. Kenapa kau tidak bisa memilih pria yang lebih muda dan baik?

Lydia bicara pada dirinya sendiri dan tidak habis berpikir. Lydia kini mengerti kenapa Lyon bersikap sangat aneh ketika Desiree mengunjungi rumahnya tempo hari. Pantas saja Lyon segera menyusul wanita itu. Lydia tidak heran, karena saat itu Desireee terlihat sangat cantik, dia berpenpilan sangat segar dan menawan.

Lydia memejamkan matanya berusaha mengenyahakan memori pipi Lyon yang merona karena terpesona pada Desiree.

Sekarang, hari ini Lydia berada di sini. Di depan rumah elegan milik wanita kedua suaminya. Lydia harus melakukan sesuatu untuk melegakan hatinya yang panas membara sejak mengetahui perselingkuhan suamimya.

Lydia memakai kaca mata hitamnya. Setelah itu ia turun dari mobilnya. Lydia mendekati pintu yang tertutup rapat. Suasana sunyi senyap. Siang ini memang sangat terik tapi rumah ini terasa sangat sejuk. Lydia menyukai suasana seperti ini, dan kebetulan Lyon juga menyukainya.

Lydia menekan bel. Beberapa saat kemudian pintu di buka oleh seorang wanita muda yang mungil.

"Selamat siang, saya ingin bertemu Desiree." Lydia berkata pada Rahima sambil membuka kaca mata hitamnya supaya asisten rumah tangga itu melihat wajahnya denggan jelas.

Rahima menatap Lydia dengan tatapan penasaran. Sejak tinggal di rumah majikannya ini, belum pernah ada tamu yang datang berkunjung. Lydia adalah orang pertama yang mendatangi rumah ini.

Rahima mengerjapkan matanya berkali-kali melihat Lydia. Wanita yang sangat elegan, cantik dan mahal, sangat mirip dengan Desiree.

"Anda Ibu dari Ibu Desi?" tanya Rahima asal.

Mendengar itu Lydia ingin marah, Ibu Desiree dia bilang? Apa dirinya memang setua itu sehingga orang asing saja mengatakan dia adalah ibu Desiree. Lydia mencoba menahan emosinya dengan senyum.

"Bukan, katakan saja padanya Lydia datang, dia biasanya memanggil saya tante." jawab Lydia tenang.

"Maaf Bu, anda berdua sama cantik dan sangat mirip, maaf sekali lagi. Silakan masuk, saya akan memanggil Bu Desiree."

Lydia masuk kedalam rumah setelah Rahima mempersilakan masuk. Sementara Rahima memanggil Desiree, bukannya duduk, Lydia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Namun mata Lydia berhenti pada sebuah foto pernikahan.

Lydia mendekati foto yang di letakkan di atas meja bersama vas bunga yang segar. Hebat!  Desiree betah di dalam rumah mengurus rumah hingga memperhatikan bunga yang segar untuk rumahnya yang hangat dan nyaman.  Tapi tahu kah kau jalang? Kau merampas kebahagiaan wanita lain.

Lydia mengangkat bingkai foto itu. Menatap lekat-lekat pada foto pengntin yang tersenyum bahagia tanpa dosa. Mata Lydia jadi buram. Air mata hampir akan menggenangi pelupuk matanya.

Tidak, aku tidak boleh menangis,  aku harus tetap elegan menghadapi perebut suamiku. Aku tidak boleh terlihat terluka sedikitpun.

Lydia meletakkan kembali bingkai foto itu setelah hampir saja menghancurkannya dalam genggamannya.

"Tante Lydia."

Suara Desiree menyapa dengan suara yang sedikit gemetar.  Lydia menghela nafas berat lalu tersenyum sambil menatap Desiree. Senyum yang cukup tegar meskipun ada kebencian dalam dadanya.

Affair  #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang