4. Sweet Affair

15.4K 173 38
                                    

Rasanya sangat lelah. Tapi Lydia sangat puas dan bahagia karena bercinta dengan suaminya hambir sepanjang malam. Mereka baru saja tertidur ketika subuh.

Lydia bangun dari tidur lalu mandi. Lyon masih tidur. Wanita itu mengumpulkan seluruh pakaian kotor yang semalam mereka pakai lalu di masukkan ke dalam keranjang laundry. Lydia meletakkan keranjang itu di dekat pintu.

Lydia duduk di meja makan bersama anak-anak dan menantunya. Marco juga terlihat tenang di dalam Stroller. Mereka terlihat tenang menikmati sarapan.

"Papa belum bangun?" tanya Jeno tenang.

"Belum, kamu tahu papa kamu pulang?" Mama Lydia mendadak berbinar, pipinya memerah.

"Kalian sangat berisik, bagaimana aku tidak tahu?" Jeno menyeloroh asal. Lydia jadi makin tersipu.

"Jangan membahas itu!" Lydia terkekeh tapi juga memohon supaya putranya tidak membicarakannya.

"Aku sudah selesai sayang, aku berangakat duluu ya."

Jeno berdiri setelah mengakhiri makan dengan minum.  Jeno sempat membungkuk sebentar untuk menggendong Marco sebentar, lalu menciumnya.

Nessa juga menyusul meneguk minumannya lalu berdiri setelah mengelap bibirnya.

"Ayo aku antar."

Nessa menggandeng lengan suaminya yang masih menggendong putranya berjalan menuju pintu.
Lydia melihat putra dan menantunya yang begitu manis. Jeno mencium bibir Nesaa setelah lyon menyerahkan  Marco pada Nessa.

"Kamu kemana hari ini sayang?"
Mama beralih menatap Jeni.

"Kuliah." jawab Jeni singkat.

"Romeo baik kan?"

"Baik, tapi  Mama... Aku tidak mengerti kenapa harus ada wanita penggoda di dunia ini?" Jeni tiba-tiba kesal.

"Romeo sangat tampan, dia sudah sukses di usia muda, tentu saja banyak yang tertarik padanya. Kamu hanya perlu memperhatikan Romeo. Jaman sekarang terlalu banyak orang yang melakukan perselingkuhan." Jawab mama Lydia bijak.

"Apa aku harus melabrak perempuan murahan itu?" Jeni menjadi frustasi.

"Kau harus menghadapi orang seperti itu dengan elegan." kata Mama bijak.

"Apa Mama juga begitu ketika menuduh Papa dulu?"

Lydia diam. Ia tidak ingat, dia menghadapi Lyon seperti apa ketika menuduhnya. Yang jelas Lydia sangat marah dan emosional. Mungkin karena waktu itu ia musih muda. Dia menghadapi segala masalah dengan kemarahan.

"Mama hanya menyuruh Papa kamu tidak menemui kalian."

"Tapi faktanya Papa nggak selingkuh kan? Mama nyesel?" Jeni penasaran.

"Mama nggak nyesel, Mama percaya pada Papa kamu karena dia tidak pernah menikah dengan wanita manapun setelah perceraian. Hingga kami bersama lagi."

Jeni meneguk minummya  lalu mengelap bibirnya dengan anggun.

"Romeo mengaku tidak tertarik pada wanita itu. Tapi aku tidak percaya gitu aja. Wanita itu benar-benar seperti musang Mama."  Jeni masih saja emosi.

"Jangan asal menuduh, kamu harus benar-benar bisa membuktikan itu tidak benar." kata Lydia

"Aku banci orang berselingkuh." seru Jeni.

Nessa kembali  ke meja makan tepat ketika Jeni mengatakan benci pada orang berselingkuh. Suasana ruangan pun jadi sunyi, Mama dan Jeni mendadak menatap ke arah Nessa. Wanita itu membungkuk karena sedang meletakkan Marco kembali ke dalam stroller. Pipi dan telinga Nessa memerah dan menjadi lebih panas. Dadanya bergemuruh dan tidak tahu kenapa hatinya jadi agak sakit.

Affair  #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang