14. Memori

3.1K 150 55
                                    

Nessa curiga perselingkuhan ayah mertuanya sudah di ketahui istrinya, alias Mama Lydia. Lydia kembali pulang ke Jakarta bersama dengan Tia  tanpa Lyon.

Wajah Lydia sungguh masam dan tidak bisa di terjemahkan oleh Nessa. Lydia juga diam tidak menceritakan apa-apa meskipun kejadian itu telah berlalu selama dua hari.

Biasanya Lyon akan muncul, kembali ke rumah jika beberapa hari tidak melihat Lydia, tapi pria itupun tidak pulang-pulang juga.

Nessa menarik tangan Tia setelah sarapan berakhir.  Jeno sedang ke London membicarakan bisnis otomotifnya. Jadi otomatis Jeno belum tahu apa-apa tentang ini.

"Bu Nessa." Tia kaget melihat Nessa menarik tangannya.

"Aku mau bicara denganmu." kata Nessa serius.

"Baiklah."

"Tunggu aku di gazebo!" kata Nessa.

"Oke, saya akan kesana."

Beberapa menit kemudian mereka bicara di gazebo di taman yang posisinya agak jauh dari rumah, memastikan tidak ada telinga yang menguping.

"Jadi Mama sama Papa memang berantem?" Nessa tidak terkejut, dia sudah tahu hal ini cepat atau lambat akan terbongkar juga.

"Saya rasa begitu Bu, saya tidak tahu persis kejadiannya tapi Ibu Lydia akan menggugat Pak Lyon karena selingkuh. Hanya... "
Tia menggantung kalimatnya membuat Nessa penasaran.

"Hanya apa?" tanya Nessa.

"Saya tidak percaya Pak Lyon menikahi Mbak Desireee, bukannya Mbak Desiree itu mantan pacar Pak Jeno ya?" Tia dengan polosnya menyebut nama Desiree dengan mulusnya.

Nessa diam, tiba-tiba saja Nessa kesal nama Desiree disebut. Tidak menyangka juga Desiree diciptakan untuk menjadi penghancur rumah tangga orang. Nessa tidak menyangka Desiree menjerat Lyon dengan cara menikahinya, kenapa ia tidak kembali saja pada Jeno sehingga rumah tangga Lyon dan Lydia baik-baik saja.

Nessa bisa mengalah jika itu demi kebahagiaan keluarga Jeno. Tapi Papa Lyon ternyata penuh rahasia dan dia melakukan sesuatu yang melukai pernikahannya. Dan itu ia putuskan sendiri tanpa satupun keluarganya yang tau.

"Ya sudah, makasih Tia."

Nessa tersenyun kaku, Tia mengangguk dan akhirnya pergi. Nessa juga berlalu, ia ingin menemui Lydia. Wanita itu berada di kamarnya.  Ia ingin bicara dari hati ke hati kalau Lydia bersedia cerita.

Nessa mengetuk pintu kamar Lydia lalu masuk setelah wanita itu membuka pintu untuknya.

"Mama, apa kita bisa bicara? Mama ada waktu?" Tanya Nessa.

"Ya tentu sayang, masuklah!"

Lydia menyuruhnya masuk. Mereka duduk,  Nessa duduk di atas tempat tidur, sedangkan Lydia duduk di kursi empuk bersandaran tinggi. Lydia terlihat cantik dan anggun seperti seorang ratu.

"Sepertinya aku tahu masalahmu Mama, Mama sangat pendiam akhir-akhir ini." Kata Nessa.

"Oh ya? Kamu benar-benar tahu?"
Lydia menatap serius pada menantunya itu. Nessa mengangguk.

Lydia menghela nafas sambil terus menatap pada Nessa. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran perlahan.

"Aku tidak mengerti, bagian yang mana yang kamu tahu?"

"Cincin Pernikah Papa dengan wanita lain."

Lydia tidak bergerak, tubuhnya kaku seketika. Ternyata Nessa sudah tahu.

"Kapan kamu mengetahuinya?" tanya Mama.

"Belum lama, beberapa waktu yang lalu. Aku memang tidak ingin tahu apa yang Papa lakukan, tapi aku sarankan Mama mendengarkan penjelasan Papa."

Affair  #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang