21. Jatuh Cinta... Lagi

3.5K 156 37
                                    

Lydia bergerak sepelan mungkin menuju kamarmya. Suasana rumah sudah sunyi karena penghuni rumah sudah memasuki kamar masing-masing.

Lydia bahkan melepas sepatunya supaya heels dari sepatu tidak berderap di atas lantai. Lydia benar-benar tidak mau membangunkan semua orang terutama Lyon. Lydia yakin Lyon sedang menunggunya dan akan mengajaknya bicara.

Lydia memasukkan kunci di pintu kamar dengan cepat. Ia harus segera masuk kekamarnya sebelum Lyon menyadari kepulangannya. Tapi sial!

"Kamu dari mana?" suara bariton milik Lyon membuatnya berdebar.
Lydia berbalik menghadap suaminya yang ternyata memergokinya. Lyon ternyata sengaja menunggunya. Lydia melihat ke arah jam dinding yang hampir menujukkan jam 00.00.

Lydia seperti Cinderella yang tertangkap basah kabur. Lydia menatap Lyon dengan tatapan muak.

"Bukan urusanmu." jawab Lydia ketus.

"Aku suamimu." bentak Lyon.

"Oh Ya?" jerit Lydia marah. Mata indahnya membulat ke arah Lyon.

Lyon diam, dia tercekat, baru saja mengatakan bahwa dirinya suami Lydia.
Suami macam apa yang berselingkuh di belakangnya.

"Aku masih suamimu." akhirnya ia merendahkan suaranya supaya tidak terdengar tengah menegurnya.

"Sayangnya aku sudah tidak menganggapmu begitu." sahut Lydia keras.

"Lydia... "

"Lyon, kamu nggak usah memikirkan aku lagi oke?
Urus saja simpananmu."

"Aku hanya menginginkanmu."

"Aku tidak. Aku sudah jijik bersentuhan denganmu Lyon. Jadi jangan pernah bermimpi untuk menyentuhku lagi."

Lyon diam, ucapan Lydia seperti vonis yang sulit ia terima. Kejadian ini sudah terjadi dan Lyon sudah terlambat untuk mengaku. Seharusnya ia bicara baik-baik pada Lydia dari awal, sehingga perselingkuhan ini tidak perlu terjadi.

"Tidurlah, besok kita bicara lagi."

Lyon berbalik karena tidak mau membangunkan seisi rumah. Lydia sangat geram karena Lyon benar-benar tidak menanggapi perselingkuhannya dengan serius. Apa di kira ini masalah main-main?

Pria itu hendak masuk ke kamar,  Lydia yang tengah geram menatap sepatu tingginya.  Dengan kemarahannya yang mengubun-ubun Lydia melesat bergerak dengan cepat menyerang bagian belakang tubuh Lyon.

"Aaaww!" Lyon menjerit kesakitan. Dia merasakan heel stiletto itu menancap di punggungnya.
Lyon berbalik menatap Lydia yang murka. Lydia hampir menangis karena kecewa.

"Kau memang brengsek Lyon. Kau benar-benar penipu. Membohongiku berkali-kali. Muak sekali aku padamu, Aku benci padamu."
Lydia menangis sambil mencengkeram Lyon dengan geram.  Lyon melihat rahang Lydia menegang menahan kemarannya.

Lyon tidak bisa bergerak. Tercekat melihat Lydia yang emosional, Lyon pasrah saja menerima apa yang di lakukan Lydia.  Lydia memukuli dadanya tanpa henti sambil menangis.

"Lydia, stop! Please!Dengarkan aku sekali ini saja, setelah itu terserah padamu. Hukum aku sesukamu, ok? Tolong dengarkan aku sayang."

Kelemahan Lyon adalah melihat air mata seorang wanita. Iapun tidak mampu menahan rasa emosi yang membuncah dalam dadanya. Lyon tahu Lydia sangat marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Lyon menangkap kedua tangan Lydia yang masih saja memukul-mukul dadanya.

"Kau mau menjelaskan apa? Hai Bajingan?"

Suara bariton Jeno muncul entah dari mana.
Seketika lorong jadi ajang pergaduhan.  Nessa terbangun lalu membuka pintu. Semua orang berkumpul di sana termasuk Jeni yang ternyata juga terbangun karena mendengar keributan.

Affair  #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang