Sijin dan Daeyoung memasuki gereja tua tempat para sandera di sekap. Sebagai pasukan khusus mereka berjalan dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara. Sijin memerintahkan bawahannya untuk mengikuti setiap instruksinya. Isyarat dari tangannya untuk maju atau berhenti segera di ikuti oleh mereka.
Terdengar suara pria yang berteriak kepada para sadera. Isak tangis dari para sandera pun ikut menggema memenuhi isi gereja.
Beberapa polisi yang berjaga di luar sudah mencoba bernegosiasi dengan para tersangka teroris. Tim medis pun sudah di siaga diluar. Sudah hampir satu jam tapi belum berhasil, mereka tetap bersikeras akan mencelakai sandera jika permintaannya tidak dipenuhi. Permintaan mereka adalah uang kompensasi dan permintaan maaf dari mantan bos mereka di perusahaan tambang. Selain itu mereka menginginkan di sediakan kapal untuk melarikan diri dari Scotland. Tapi sayang mantan bos mereka sedang berlibur ke Hawai sehingga tak ada satu panggilan pun yang terjawab.
Sijin beserta timnya dan beberapa anggota SWAT, mengatur strategi agar bisa melepaskan sandera.
"BERHENTI MENANGIS ATAU KU TEMBAK KALIAN"
Tiba-tiba suara tembakan terlepas ke udara. Membuat Sijin dan yang lainnya bergegas untuk melakukan penyergapan. Satu-satu dari mereka bersembunyi di balik pilar. Mencari kesempatan yang tepat untuk menembak para teroris.
Salah satu anggota SWAT melempar gas, agar mengecoh para teroris.
Dor
Satu tembakan berhasil mengenai bahu satu orang teroris
Keadaan didalam sangat kacau, para sandera berteriak dan menangis secara bersamaan saat para teroris dan tim khusus tersebut melakukan baku tembak. Tim Sijin dan juga Daeyoung mengamankan beberapa sandera yang bisa mereka gapai dan segera membawanya keluar.
Satu sandera lagi, tapi gagal dia sudah berada di tangan satu orang teroris yang belum berhasil di lumpuhkan.
"MENDEKATLAH JIKA KAU INGIN NYAWANYA MELAYANG" teroris itu menodongkan pisau di leher sandera, pisau itu berhasil menggores permukaan kulit sehingga darah segar mengalir mengotori baju sandera.
Sijin dan anggota SWAT menghentikan aksinya, namun masih mengacungkan pistol mereka.
Sijin yang awalnya mengarahkan pistolnya kepada sang teroris mengubah bidikannya menjadi pada lampu gantung di atas altar gereja.
Dor
Sebelum lampu itu jatuh, Sijin berlari dan menarik sandera. Lampu itu berhasil jatuh menimpa sang teroris tapi sialnya ujung besi lampu gantung itu juga mengenai punggung Sijin yang mencoba melindungi sandera.
🌱🌱🌱
"YA!! Tindakanmu sangat berbahaya" maki Daeyoung saat Sijin sedang diobati oleh tim medis.
"Aku tidak punya pilihan lain" Sijin meringis menahan luka sobek di punggung tegapnya.
"Aish jangan menatapku seperti itu. Menjijikan sekali. Apa kau istriku?" Sijin mengalihkan pandangannya merasa jengah dengan tingkah laku sahabatnya.
Tak lama setelah di obati, Sijin kembali memakai kaosnya dan berjalan menuju mobil. Semua kekacauan di TKP sudah di bereskan oleh polisi setempat dan para anggota SWAT.
Kerumunan orang-orang yang masih penasaran dengan aksi terorisme disana mengalihkan perhatian Sijin. Mereka saling dorong dengan petugas dan beberapa wartawan yang meliput.
Deg
Sijin mengusap matanya, meyakini apa yang dilihatnya adalah nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Documentary [END]
RomanceEunjung, wanita malang itu berdiri di tepi tebing menikmati kesendiriannya sampai akhirnya seorang pria dengan seragam militer berbicara dengannya. Yoo Sijin itulah nama yang Eunjung lihat di dada kanan pria tersebut.