Bab 14

1.2K 118 44
                                    

Sedari tadi Eunjung hanya diam sambil membalut luka di tangan Sijin. Sijin berusaha mencairkan suasana tapi nyatanya gagal. Eunjung sama sekali tidak merespon guyonannya.

"Eunjung-a, aku lebih suka kau marah dari pada diam seperti ini"

Suasana apartemen jadi menegangkan. Sijin sudah kehabisan cara untuk membuat Eunjung bersuara. Setelah selesai, Eunjung beranjak dari tempat duduknya dan bersiap untuk pulang. Namun sebelum itu terjadi Sijin sudah menahan tubuh itu dan membawa kepangkuannya.

"Jangan seperti ini Eunjung-a, kau membuat ku takut"

Eunjung menghela nafas, menatap mata khawatir Sijin.

"Kau tidak akan melepaskanku?"

"Aniya, sampai kau kembali seperti biasanya"

"YA! Yoo Sijin, aku tau kau senang membuat keributan tapi bukankah kali ini kelewatan?"

"Aku tidak suka si brengsek itu menghina mu"

"Tetap saja, bagaimana jika dia melaporkanmu ke polisi?"

"Aku tidak peduli jika harus di penjara"

"YA! YOO SIJIN" Eunjung menahan air matanya. Sijin bisa melihat mata wanita itu berkaca-kaca.

"Bisakah kau berpikir dulu sebelum berbicara?" Air mata Eunjung lolos

"Ah, Mianhae. Aku bersalah. Maafkan aku Eunjung-a. Kau bisa menghukumku. Tapi ku mohon jangan menangis!" Sijin membawa Eunjung kedalam pelukannya.

"Aku tidak peduli orang lain menghinaku, aku lebih takut kalau kau pergi meninggalkan aku. Bagaimana jika benar kau dilaporkan olehnya? Dan lihatlah kau melukai dirimu sendiri. Aku benci melihatmu terluka. Aku membencimu Yoo Sijin" Eunjung menumpahkan keluh kesahnya di sela-sela isak tangisnya sambil memukul dada bidang Sijin.

"Araso, mianhae Eunjung-a, aku memang bodoh. Maaf tidak memikirkan perasaanmu. Tidak akan kuulangi lagi. Jadi berhentilah menangis, Eoh? Hati ku sakit mendengarmu menangis"

Beberapa menit Eunjung menangis, wanita itu akhirnya tertidur di pangkuan Sijin. Dengan hati-hati Sijin mengangkatnya dan membawanya ke kamar. Sijin ikut berbaring di samping Eunjung. Mengusap mata bengkak Eunjung yang masih merah. Merenungkan ulang perbuatannya. Sijin hampir lupa kalau ketakutan terbesar Eunjung adalah kehilangan seseorang yang dia cintai untuk kedua kalinya.

🌱🌱🌱

Suara alarm membangunkan Eunjung, tapi anehnya itu bukan suara alarm miliknya. Eunjung mengerjapkan matanya, ternyata dia masih berada di apartemen Sijin. Tapi pria itu tidak ada di sana. Eunjung tidak ambil pusing, dia memutuskan pergi ke kamar mandi.

"Aish mataku jadi bengkak" keluh Eunjung saat melihat pantulan wajahnya di cermin. Eunjung membersihkan wajahnya dan juga riasannya yang belum sempat dirinya hapus. Eunjung tersenyum melihat Sijin sudah menyiapkan semua peralatan mandi yang biasa Eunjung pakai. Bahkan pria itu menyimpannya bersebelahan dengan miliknya.

"Oh Kamchagiya" jantung Eunjung hampir copot saat seseorang membuka pintu kamar mandi dengan keras.

"YA!! Apa kau selalu menerobos masuk tanpa mengetuk pintu?"

"Syukurlah, aku kira kau pulang tanpa memberitahuku" Sijin bernafas lega

"Kau dari luar?"

"Eoh, aku membeli bahan makanan"

Eunjung berpikir sejenak.

"Aneh sekali rasanya aku sudah mengunci pintu kamar mandi kenapa bisa terbuka?"

New Documentary [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang