"Sijin-a, kau tau jalan pulang bukan? Ada yang harus aku bicarakan dengan Eomoni" Eunjung meminta Sijin untuk pergi tanpa memberi penjelasan. Eunjung tidak tau keputusannya benar atau tidak, tapi melibatkan Sijin dengan urusan masa lalunya bukan bentuk pilihan baginya.
"Kau serius?" tanya Sijin meyakinkan, walau hatinya sedikit gusar meninggalkan Eunjung sendirian.
"Eoh" jawab Eunjung singkat, entah mengapa Sijin merasa Eunjung enggan menatap matanya.
Setelah kepergian Sijin, Eunjung akhirnya hanya berdua dengan ibu dari mendiang mantan kekasihnya, Hongdae. Mereka mengobrol di taman terdekat.
"Eunjung-a, aku minta maaf mengganggu waktu mu"
"Aniyo, eomoni tidak apa-apa. Bagaimana bisa eomonie sampai disini?"
"Aah, aku hanya melihat catatan di buku harian Hongdae, dia menandai Yangyang sebagai tempat yang ingin dia kunjungi di hari ulang tahunnya"
Deg
Bagai ditikam pisau, Eunjung merasa ada yang salah dengan perasaannya. Dia bahkan melupakan hari ulang tahun Hongdae, ya hari ini. Meski sudah lama bayangan Hongdae tidak pernah muncul lagi di hadapannya, namun melupakan hari kelahirannya terdengar sangat keterlaluan. Bagaimanapun Eunjung pernah sangat mencintai pria itu. Dan mereka pernah berjanji untuk merayakan ulang tahun masing-masing bersama setiap tahunnya.
"Eomoni, maaf karena aku.." Eunjung menundukan pandangannya. Entah mengapa air matanya ingin menerobos begitu saja.
"Aniya, Eunjung-a aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Maafkan aku" ibu Hongdae mengelus pundak Eunjung. Eunjung ingat betul mantan kekasihnya itu memang ingin merayakan hari ulang tahunnya di tempat kelahiran Eunjung. Namun selalu tertunda karena kondisinya yang semakin memburuk. Bahkan Eunjung belum sempat mengenalkannya kepada neneknya. Perasaan bersalah itu memasuki relung hatinya. Eunjung merasa dirinya begitu jahat dalam suatu hal yang tidak dia mengerti.
"Eunjung-a, kau terlihat bahagia saat belum bertemu dengan ku. Aku jadi merasa bersalah. Maafkan eomma Eunjung-a"
"Aniyo, aku yang harusnya minta maaf. Tidak seharusnya aku melupakan hari ini. Jeosonghamnida" Pikiran Eunjung benar-benar kacau, pemikiran negatif muncul silih berganti. Eunjung terus memaki dirinya sendiri. Mungkin karena dirinya hidup dengan bahagia, sedangkan ada orang di luar sana yang masih bersedih karena di tinggalkan. Apakah dia egois? Apa benar pemikirannya selama ini kalau dirinya adalah pembawa malapetaka? Apakah dirinya memang tidak pantas untuk kembali bahagia? Eunjung merasa Tuhan sengaja mempermainkannya, disaat dirinya baru merasakan kebahagiaan selalu ada saja hal buruk yang akan terjadi.
Eunjung diam seribu bahasa dalam isak tangisnya. Ibu Hongdae berkali-kali menenangkan wanita itu namun tidak berhasil. Mungkin memang seharusnya dia tidak menyapa Eunjung, dan membiarkannya hidup dengan tenang. Ibu Hongdae merasa sangat bersalah.
Entah berapa lama mereka larut dalam kesedihan masing-masing sampai akhirnya ibu Hongdae memutuskan untuk pulang.
"Eunjung-a, maafkan aku. Aku bersumpah tidak bermaksud membuatmu bersedih. Aku sungguh bahagia melihatmu tersenyum kembali. Maafkan aku. Kau berhak menjalani kehidupan yang layak. Sebagai seorang ibu aku terkadang masih merasa kehilangan, namun bukan berarti aku ingin membagi kesedihanku dengan mu Eunjung-a. Aku kesini hanya ingin mengenangnya tidak lebih. Jadi ku mohon demi aku dan Hongdae, hiduplah dengan bahagia, Eoh?"
Eunjung hanya mengangguk, kata-kata itu sedikit menenangkan hati Eunjung. Tapi belum sepenuhnya berhasil. Tak lama dari itu ibu Hongdae pamit untuk pulang meninggalkan Eunjung yang masih kalut.
🌱🌱🌱
Hari semakin larut, tidak ada kabar dari Eunjung. Nomor wanita itu bahkan tidak bisa di hubungi. Sijin akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan Eunjung. Sijin kembali ke tempat terakhir kali dia meninggalkan Eunjung, namun wanita itu tidak ada disana. Hampir setengah jam Sijin mencarinya dan hampir membuatnya frustasi. Wanita itu sepertinya memang memiliki hobi menghilang. Tentu itu semakin membuat Sijin khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Documentary [END]
RomanceEunjung, wanita malang itu berdiri di tepi tebing menikmati kesendiriannya sampai akhirnya seorang pria dengan seragam militer berbicara dengannya. Yoo Sijin itulah nama yang Eunjung lihat di dada kanan pria tersebut.