Bab 16

1.4K 116 26
                                    

"Berhentilah menatapku" ucap Eunjung saat merasakan usapan di kepalanya. Dirinya sudah bangun dari lima menit yang lalu.

"Kau sudah bangun?" Perlahan Eunjung membuka matanya. Cahaya matahari belum nampak, entah karena di luar mendung atau memang Eunjung bangun terlalu awal.

"Kau tidak tidur?"

"Tidak"

"Wae?"

"Aku bisa menahan kantukku, tapi aku tidak bisa menahan keiinginanku melihatmu" jujur Sijin tidak lupa dengan senyumannya.

"Tidurlah, kau pasti lelah" Eunjung mendekatkan tubuhnya dan memeluk Sijin erat.

"Aku tidak lelah, kau meragukan kekuatan fisikku? Aish, aku bisa melakukannya beberapa ronde...Aaaww" Sijin meringis karena mendapat cubitan yang lumayan kuat dari Eunjung.

"Tidur" satu kata yang berhasil membungkam mulut Sijin. Pria itu akhirnya mengikuti perintah Eunjung, lama kelaman larut dalam mimpinya.

Eunjung kini gantian yang menatap Sijin, wajah polos pria itu tampak tenang. Perlahan Eunjung turun dari ranjang mencari pakaiannya dan pergi ke kamar mandi.

"Kapan dia memasang ini?" Eunjung melihat bayangannya di cermin dan sebuah kalung sudah terpasang di lehernya. Kalung Buccellati berbentuk Albatross yang sedang mengepakan sayapnya, spesies burung yang menjadi nama samaran Sijin di militer. Pria itu sepertinya sengaja memesannya sendiri. Eunjung tersenyum mengingat kembali kenapa Sijin memilih nama Albatross. Pria itu sangat suka dengan laut dan dia senang setiap kali melihat Albatross terbang di sekitar pelabuhan apalagi saat senja atau mungkin saat burung itu bertengger di atas boat. Burung besar itu konon adalah spesies makhluk monogami yaitu mempertahankan satu pasangan seumur hidupnya. Albatross juga disebut sebagai si ahli terbang efisien karena kemampuan bertahannya berjam-jam di udara yang menjadi motivasi Sijin untuk karirnya di dunia militer.

"Aku kaget karena kau tidak ada di sampingku" keluh Sijin memeluk Eunjung dari belakang.

"Sudah kubilang tidurlah, kenapa kau bangun?"

"Aku hanya akan tidur jika kau di sampingku"

"Aish"

"Kau menyukainya?" Sijin melihat Eunjung yang terus memegang kalung pemberiannya.

"Eoh, gomawo"

"Tentu, hari ini kau mau kita pergi kemana?"

"Hmmm, bolehkah kita ke Yangyang? Aku rindu kampung halamanku"

"Siap laksanakan komandan, tapi sebelum itu kita harus kembali. Aku tidak akan sanggup berkendara tanpa tidur dulu" Sijin memberi hormat pada Eunjung dan mengangkat tubuh munyil itu kembali ke ranjang.

"Bukan kah kau mengatakan fisikmu sangat kuat?"

"Aaahh itu untuk urusan di ranjang" Sijin terkekeh.

🌱🌱🌱

Eunjung menurunkan kaca mobil, membiarkan angin pantai masuk ke dalam mobil. Aroma laut sudah bisa dirinya rasakan. Eunjung tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghirup udara bersih itu. Sangat berbeda dengan kota Seoul yang sibuk dan padat, Yangyang tampak lebih lowong. Mereka hanya berpapasan dengan satu atau dua mobil. Jalanan serasa milik mereka berdua. Eunjung mengeluarkan satu tangannya merasakan hembusan angin yang menerpa kulit mulusnya.

"Senangnya berada di sini lagi" gumam Eunjung.

Drrt drrt

"Ye, Sera-ssi" Sijin mengangkat panggilan masuk. Mendengar nama seorang wanita, Eunjung secara spontan menengok ke arah Sijin.

New Documentary [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang